Riri Satria
KATEGORI
  • Dokumen
  • Terkini
  • Teknologi & Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Saat AI Merambah Dunia Sastra

    14 Nov 2025 | Dilihat: 30 kali

    Oleh Riri Satria

    WartaTrans.com — Pada tahun 2018, sekitar 6 tahun yang lalu. Pertama kalinya saya mengangkat isu masuknya teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan teknologi digital pada umumnya ke dalam dunia sastra, dalam sebuah acara Seminar Sastra di Universitas Pakuan di Bogor.

    Saya menjelaskan bagaimana perkembangan teknologi digital terutama AI mulai merambah ke dunia sastra, terutama puisi. Bagaimana algoritma AI yang matematis dan berprinsip engineering mulai flirting dengan dunia sastra terutama puisi. Namun saat itu masih belum banyak contoh, bahkan ChatGPT pun masih dalam proses pengembangan.

    Namun saat itu apa yang saya sampaikan tidaklah menarik buat para insan sastra yang hadir pada seminar tersebut. Beberapa peserta malahan berkomentar skeptis tentang topik yang saya bawakan ini. Mungkin ada juga yang meanganggap saya menjadi-ada. Pada saat sesi saya berlangsung, separuh dari peserta seminar sudah meninggalkan ruangan karena sesi saya ditaruh sudah mau menjelang akhir seminar.

    Saat ini, setelah 7 tahun berlalu, teknologi AI ini semakin menjadi-jadi masuk ke dunia sastra. Apa yang saya sampaikan 7 tahun yang lalu saat itu, tidak hanya menjadi kenyataan, namun sudah berkembang lebih cepat dan lebih jauh lagi. Bahkan mesin AI pun sudah mampu membuat autobiografi sendiri dan dituliskan dalam bentuk puisi. Ya sudah sampai sejauh itu perkembangannya.

    Code-davinci-002 adalah sebuah mesin menggunakan teknologi AI yang dibuat oleh OpenAI dan pertama kali dipergunakan tahun 2021. Ini adalah salah satu cikal bakal aplikasi ChatGPT.

    Mesin ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan code dalam berbagai bahasa pemrograman komputer, awalnya dimaksudkan untuk untuk software development, dan belakangan juga puisi, yang dibuat dari sebuah teks deskriptif.

    Belakangan Code-davinci-002 diminta untuk menuliskan “pengalaman hidupnya sendiri”, mulai sejak diciptakan, tugas-tugas yang diberikan, pandangannya terhadap manusia serta kehidupan, dan sebagainya.

    Semua pengalaman itu dituliskan dalam bentuk puisi, dan dirangkum dalam buku “I am Code: Poetical Autobiography by Code-davinci-002”. Jadi buku “I am Code” adalah buku “autobiografi Code-davinci-002” dalam bentuk puisi, yang “dia tulis sendiri”.

    Jadi ternyata AI sudah mampu menuliskan “pengalaman hidupnya sendiri” atau “autobiografinya” dalam bentuk puisi.

    Saat inilah AI baru menjadi perbincangan di kalangan insan sastra, lengkap dengan segala rasa kegamangan penuh tanda tanya yang muncul. Bahkan muncul analisis aspek humanistik tentang AI namun tidak memahami apa itu AI, jadinya gak jelas.

    Masih banyak salah kaprah atau pehamanan yang kurang tepat tentang AI ini oleh para insan sastra. Bahkan seorang penulis senior pernah mengatakan bahwa AI ini seperti word processor untuk membantu mengetik, puisinya diketik oleh manusia. Jadi tak mungkin komputer bisa membuat tulisan sendiri, itu kan diketikkan manusia seperti MS Word, demikian ujar beliau sambil tertawa kepada saya. Ya sudahlah, saya diam saja. Percuma juga dijelaskan kepada beliau.

    Saya nemu seorang anak SD yang mengatakan bahwa menggunakan AI itu haram dan berdosa! Nah lho! Jadi kata si anak tersebut, gurunya pernah bilang AI itu barang haram, karena kecerdasan hanya dapat diciptakan oleh Tuhan, bukan oleh manusia. Jadi kalau manusia menciptakan kecerdasan itu sesat .. Nah, siapa yang sesat ini sebenarnya? Saya juga tak menyangka ada juga pendapat seperti ini.

    Saat ini lebih seru lagi, saya dapati banyak orang yang berbicara tentang AI namun kelihatannya tidak paham soal AI itu sendiri. Repotnya, mereka ini jadi narasumber dalam berbagai talkshow, akibatnya bisa menyesatkan pemahaman para hadirin. Padahal video tentang konsep AI bertebaran banyak sekali di YouTube dan bisa kita jadikan bahan pelajaran.

    Apa yang menjadi perkembangan AI saat ini sudah jauh lebih dahsyat daripada apa yang saya bahas pada seminar tahun 2018 tersebut.

    Teknologi akan terus berkembang sebagai produk dari sains. Kebudayaan (termasuk sastra) harus mengawalnya supaya tetap humanis dan bermanfaat bagi umat manusia. Namun, setidaknya tentu insan yang mengawal tersebut harus memiliki pemahaman yang baik soal teknologi – walau tidak menjadi pakar – dan memiliki mindset bertumbuh atau growth mindset dalam menyikapi perkembangan ini.***

     

    Sumber : Warta Trans

    Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusatraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023). Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), serta Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025). Sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024  s/d September 2025, sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia. Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

    Konten Populer

    • Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]

      Jul 02, 2025
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering.   Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]

      May 27, 2024
    •   oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]

      May 20, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • DOWNLOAD DOKUMEN

      May 17, 2025
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024

    RECENT EVENT

    Foto bersama setelah acara live test Adhara. Adhara adalah Digital Bridge for Integrated Maritime, sebuah karya PT. ILCS Pelindo Solusi Digital untuk mendukung Pelabuhan Indonesia (Pelindo) membangun keunggulan eksistem logistik maritim digital untuk Indonesia 🇮🇩🇮🇩🇮🇩


     

    RECENT EVENT

    play-sharp-fill

    POJOK PODCAST

    KULBIZ SESI 1.3
    By BigThinkersID Host Pinpin Bhaktiar
    Kulbiz adalah tentang kuliah ilmu bisnis secara komprehensif, relevan dan asik 😁🥳🚀🔥
    video
    play-sharp-fill

    Podcast Selengkapnya klik disini...

    Hide picture