Riri Satria
KATEGORI
  • Dokumen
  • Terkini
  • Teknologi & Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Riri Satria: Baca Puisi di Ruang Publik Terbuka Telah Membawa Karya Literasi Sastra kepada Masyarakat Luas

    28 Apr 2025 | Dilihat: 263 kali

    TimesAsiaNews.com | Jakarta – Membaca puisi di ruang publik terbuka, walaupun tidak terlalu banyak atensi orang, tetapi setidaknya para penyair telah berhasil membawa karya literasi sastra kepada masyarakat luas.

    “Baca puisi di ruang-ruang publik terbuka seperti yang telah dilakukan TISI di Tebet Eco Park, pelataran Museum Benyamin Sueb, serta plaza Museum Fatahillah Kota Tua dalam peringatan Hari RA Kartini telah memasyarakatkan karya literasi sastra kepada masyarakat umum. Ini harus terus dilakukan dan dipertahankan,” pinta Riri Sastria, seorang pecinta puisi yang punya latar belakang bidang sains, teknologi, dan ekonomi yang juga dikenal sebagai seorang penyair, yang telah menerbitkan 4 buku antologi puisi tunggal, dan 5 buku sastra esai ini.

    Hal tersebut dikatakannya dalam wawancara khusus kontributor Lasman Simanjuntak, disela-sela acara pentas panggung perjuangan para penyair perempuan merah putih dalam rangka memperingati Hari RA Kartini yang diselenggarakan oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) dengan ketuanya Moctavianus Masheka (Bung Octa) di Tebet Eco Park, Jl. Tebet Barat Raya, Jakarta Selatan. Ahad (27/4/2025) sore.

    “Daripada dibandingkan baca karya puisi dibuat oleh penyair, dibacakan, lalu dibahas juga oleh penyair, bahkan hanya ditonton para penyair saja. Oleh karena itu sebagai Ketua Jagat Sastra Milenia atau JSM saya sangat mendukung acara baca puisi perempuan merah putih di ruang publik terbuka Taman Tebet yang diselenggarakan TISI ini,” ujarnya.

    Pada kesempatan tersebut ia juga memberikan kata sambutan, Riri Satria mencoba menilai bagaimana baca puisi yang terbaik itu, apalagi di ruang-ruang publik yang terbuka bagi masyarakat umum seperti di Tebet Eco Park.

    “Pertama, baca puisi, tetapi si pembaca puisi tersebut tidak tahu apa yang harus dibacakan dalam puisi tersebut. Asal teriak-teriak saja, enggak jelas baca apa sebetulnya. Peresapan terhadap nilai-nilai puisi tidak terjadi,” katanya.

    Kedua, baca puisi dan si pembaca puisi tersebut telah paham isi puisi yang akan dibacakan maka terseraplah nilai-nilai dalam puisi tersebut.

    “Namun, yang lebih mantap lagi adalah mereka yang baca puisi dan paham apa yang dibacakan, telah terserap nilai-nilai itu. Ini akan menjadi referensi prilaku. Misal, baca puisi tentang RA Kartini, emansipasi, dan menghormati hak-hak perempuan, itu yang menjadi referensi prilaku. Orang yang baca itu mengerti, dan kalau itu penyair laki-laki, dia akan menghormati hak-hak perempuan, sedangkan kalau itu penyair perempuan dia akan mengetahui dan paham hak-haknya sebagai perempuan,” ucapnya.

    Menjawab pertanyaan seputar event sastra di Indonesia yang dapat berhasil, Riri Satria yang sehari-harinya adalah Staf Khusus Menko Polkam bidang teknologi digital, siber, dan ekonomi ini menjawab bahwa ada 4 pilar supaya event (acara) sastra bisa berhasil.

    Pilar pertama, penyair itu sendiri, ada karya yang baik, dan mengerti situasi sosial di sekitarnya.

    Pilar kedua, pemerintah menjadi katalisator pembinaan dan kepeduliaan.

    Pilar ketiga korporate swasta, tentu saja kehadiran korporate swasta ini untuk menjadikannya donatur.

    Sedangkan pilar keempat yaitu civil sociaty, yakni masyarakat madani bersedia mendengar puisi dibacakan. Dengan demikian isi dan pesan puisi dapat disampaikan kepada masyarakat.

    Sebagai dosen ilmu komputer di Universitas Indonesia (UI) ditanyakan juga kepada Riri Sastria apa tanggapannya seputar kehadiran teknologi meta AI (teknologi kecerdasan buatan, red) dikaitkan dengan proses kreatif dalam menulis karya puisi.

    “Belakangan ini memang banyak orang menuduh macam-macam dan enggak-enggak. Seolah-olah saya dituduh mengajarkan penyair untuk menulis puisi pakai teknologi AI. Saya hanya mengajarkan bagaimana teknologi AI menulis puisi supaya orang-orang (penyair) paham. Penyair seharusnya berprestasi di atas itu, jangan sampai kalah dengan mesin teknologi. Para kurator juga harus lebih berhati-hati lagi, apakah ini karya puisi orisinal ataukah buatan teknologi AI,” jelasnya.

    “Sekali lagi, para kurator lebih berhati-hati pada puisi buatan teknologi mesin AI. Ya, saya banyak disalahpahami. Namun, saya mencoba mengingatkan bahwa kita memang tidak bisa menafikan atau menolak teknologi ini,” kilahnya.

    Kita hanya bisa “beradaptasi”dengan teknologi. Salah satunya adalah “adaptasi” bagaimana jangan sampai mesin teknologi menggantikan peran manusia itu sendiri.

    “Untuk itu kita perlu menengahi bagaimana mesin itu bekerja. Tapi saya malah dituduh mengajarkan penyair menulis puisi mempergunakan teknologi kecerdasan buatan tersebut. Saya bilang ini sih pendapat tak cerdas, apalagi saya ini ‘kan orang puisi juga dan orang teknologi juga. Maka enggak mungkin saya bertindak ‘segila’ itu, dan pesan saya, kita harus berhati-hati, kita harus lebih cerdas dari AI,” pungkasnya. ***

    (L.Simanjuntak)

    Sumber : TIMESASIANEWS.COM

    Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusatraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023). Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), serta Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025). Sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024  s/d September 2025, sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia. Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

    Konten Populer

    • Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]

      Jul 02, 2025
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering.   Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]

      May 27, 2024
    •   oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]

      May 20, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • DOWNLOAD DOKUMEN

      May 17, 2025
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024

    DIRGAHAYU JAGAT SASTRA MILENIA (JSM) 10 Oktober 2020 - 2025

    POJOK PODCAST

    KULBIZ SESI 1.3
    By BigThinkersID Host Pinpin Bhaktiar
    Kulbiz adalah tentang kuliah ilmu bisnis secara komprehensif, relevan dan asik 😁🥳🚀🔥
    video
    play-sharp-fill

    Podcast Selengkapnya klik disini...

    RECENT EVENT


    NEXT EVENT

    Hide picture