Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
Riri Satria
Ode untuk Taman Ismail Marzuki
Di tengah hiruk-pikuk Jakarta - engkau ada!
sebuah oasis bagi jiwa yang haus akan estetika
sebuah mercusuar bagi mereka yang ingin tetap manusia
di sana lampu panggung menyala
membuka cerita yang lahir dari kata dan nada
dari tangan-tangan yang bergetar karena cinta pada estetika
dan hati yang berdebar demi keindahan.
Di galeri, lukisan menatap dunia dengan diamnya,
planetarium memutar langit
menyadarkan kita bahwa manusia kecil tapi penuh imajinasi
di perpustakaan, buku-buku berbisik,
mengingatkan bahwa peradaban dibangun dari kata
dan kemanusiaan dijaga melalui ingatan dan cerita.
Di lorong-lorongmu
tari-tarian lahir dari langkah-langkah yang tak pernah lelah
musik mengalir dari piano dan alat musik tradisi
menyatukan masa lalu dan masa depan
membawa siapa pun yang hadir ke ruang di mana waktu berhenti
dan hanya keindahan yang berbicara
Kau adalah ekosistem yang hidup
rumah bagi para pencari, para pemimpi, para pelaku, dan penonton
setiap karya dan pertunjukan adalah doa
setiap karya seni adalah saksi peradaban
dan setiap tawa serta air mata
--- adalah bukti kemanusiaan yang tak tergantikan.
Di ulang tahunmu ini, kami berdiri di sini
dengan syukur, kagum, dan harapan:
semoga panggungmu tetap bersinar di malam Jakarta
semoga lorong-lorongmu tetap menjadi tempat inspirasi
semoga setiap dinding tetap menyimpan cerita
dan setiap hati yang masuk ke dalammu menemukan rumah.
Teruslah menjadi taman yang menyala
teruslah menjaga seni, estetika, dan keindahan
teruslah menjadi saksi bagi peradaban
dan mercusuar bagi kemanusiaan
karena di sinilah mimpi menemukan jalannya
di sinilah manusia belajar melihat dengan hati
dan di sinilah peradaban tetap hidup
dalam cahaya, suara, gerak, dan kata.
Kepadamu kukatakan, aku rindu kebebasan
bukan sekadar kata, bukan sekadar gerak, bukan sekadar warna
tapi napas yang melompat tanpa batas
tiada belenggu yang mencekik
aku rindu imajinasi yang liar
yang menari di langit-langit pikiran
yang merobek tembok-tembok dogma
yang menertawakan ketakutan
lalu memeluk semua kemungkinan yang tak terlihat.
Kepadamu aku mengadu, aku rindu panggung
bukan panggung mewah penuh kilauan
tapi panggung yang hidup, yang berdetak bersama jantung manusia,
tempat kata menjadi senjata
warna menjadi doa
gerak menjadi peradaban.
Di sana, setiap gerak adalah perubahan
setiap nada adalah suara hati yang menuntut keadilan,
setiap tarian adalah deklarasi kemanusiaan.
Biarlah imajinasi liar ini menjadi bintang penuntun
biarlah kebebasan berekspresi menjadi jembatan
biarlah panggung seni selalu menjadi medan bagi peradaban
untuk menemukan dirinya:
--- dalam keberanian, dalam keindahan, dalam kemanusiaan.
(Jakarta, November 2025)
Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusatraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023). Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), serta Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025). Sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024 s/d September 2025, sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia. Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]
oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]