Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
SAYA DAN PUISI
Sebuah tulisan menyambut Hari Puisi Indonesia hari ini, 26 Juli 2025
- Riri Satria
Puisi adalah salah satu cara saya untuk menyeimbangkan diri dengan sisi lain kehidupan saya, yang sarat dengan teknologi, ekonomi, penelitian, yang penuh dengan rasionalitas terukur, angka-angka, rumus-rumus, analisis, prediksi, dsb.
Puisi membawa saya untuk menyadari banyak fakta-fakta tak terlihat kasat mata, suara-suara tak terdengar, melakukan dialog batin dengan diri sendiri, serta membiarkan imajinasi berkelana ke mana saja, dan tentu saja mencoba untuk memahami Semesta dengan lebih baik.
Saya sependapat dengan apa yang diungkapkan oleh Mary Ridgley dalam bukunya 'Science and Poetry': likewise science, poetry is also how to discover and understand the universe.
Menurut saya, puisi itu adalah produk dari proses kreatif, mengandalkan imajinasi, namun bukan semata khayalan yang asal-asalan. Puisi adalah produk intelektual. Makanya, dalam beberapa hal, puisi itu memerlukan data, studi literatur, bahkan kalau perlu lakukan observasi lapangan, ya semacam riset lah, walau tak harus selalu demikian.
Bedanya dengan sains, puisi itu menangkap suara-suara tersembunyi, fakta-fakta yang tak kasat mata, sesuatu di balik realita, yang hanya mampu ditangkap oleh ketajaman intuisi seorang penyair, diolah secara kreatif, disajikan dalam bahasa puitik.
Sains menyajikan pola-pola fakta empiris, sedangkan puisi menyajikan sesuatu yang tersirat di balik fakta empiris (beyond the facts).
Ketika seorang penyair membahas hujan, dia tak menjelaskan hujan karena itu tugas ahli meterologi, namun penyair menjelaskan pesan yang dia tangkap di balik suara hujan tersebut, itulah puisi.
Buat saya puisi menggedor daya gugah buat manusia, sementara itu sains menggedor daya pikir. Dalam kapasitas tertentu puisi juga membutuhkan daya pikir dan dilebur dengan saya kreatif.
Jadi sekali lagi pandangan saya, peradaban manusia di dunia ini terus berubah sejak zaman dahulu dan dunia sastra selalu memberikan respon terhadap perubahan itu dengan tujuan menjaga nilai-nilai manusiawi.
Ya, meski puisi tidak meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tidak menemukan obat baru untuk berbagai penyakit, ataupun menciptakan teknologi canggih, namun puisi dan karya sastra pada umumnya memiliki peran tak langsung yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia.
Buat saya puisi bukan sekadar rangkaian kata yang indah. Meskipun perkembangan peradaban modern didorong oleh sains dan teknologi, puisi mengawal peradaban dengan cara-cara yang unik dan mendalam.
Saya sependapat dengan Rosemarie Dombrowski seorang Dosen Sastra di Arizona State University, di mana dia pada tahun 2020 mengatakan bahwa poetry is a sociohistorical record of both facts and emotion, atau puisi adalah catatan sejarah yang berisikan fakta sekaligus suasana emosional yang terjadi pada masa itu.
Jadi berbeda dengan sejarah pada umumnya, yang hanya merekam fakta sosial, maka puisi atau karya sastra pada umumnya juga dapat merekam fakta emosional dalam pross perkembangan peradaba.
Saat ini dunia sudah memasuki era revolusi industri kelima yang dikenal dengan istilah industrial revolution 5.0 serta terbentuknya masyarakat cerdas atau smart society 5.0.
Banyak sekali isu global yang dihadapi umat manusia saat ini dan ke depannya, seperti pembangunan berkelanjutan atau sustainable development untuk kesejahteraan manusia, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence serta robotika, human genome project dan rekayasa genetika, kelangkaan sumber daya alam, serta isu-isu benturan dan konflik sosial dan ekonomi.
Dengan demikian, puisi juga tidak boleh steril dari semua isu itu. Puisi juga harus mampu menjadi pengawal nilai-nilai kemanusiaan kita dalam menghadapi semua tantangan tersebut.
Bagi saya begitu. Lalu bagaimanakah puisi dalam hidup Anda? Apakah memiliki makna atau tidak?
Oh ya, ada juga beberapa orang yag bertanya kepada saya, apakah saya berpuisi ingin menjadi penyair atau bahkan penyair terkemuka? Jawabnya jelas tidak! Sama sekali tidak!
Buat saya, menjadi tokoh yang terkenal pada dunia teknologi atau ekonomi digital, serta strategi bisnis dan manajemen korporat, jauh lebih menarik, lebih jelas, dan lebih challeging. Namun puisi tetap saya butuhkan sebagai penyeimbang hidup.
Jadi para sahabat peyair semuanya, jangan khawatir, saya tidak akan muncul sebagai pesaing atau kompetitor Anda.
Bahkan dalam kapasitas tertentu, saya ingin menjadi pihak yang menjaga Anda semua tetap dapat berpuisi.
Nah, ini kan puisi dalam hidup saya. Bisa jadi berbeda dengan Anda. Yuk kita saling share.
Salam puisi! 🥰❤️🇮🇩
Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusatraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023).
Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022).
Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), serta Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025).
Sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024 s/d September 2025, sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia. Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021.
Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusatraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023). Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), serta Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025). Sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024 s/d September 2025, sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia. Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]
oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]