Riri Satria
KATEGORI
  • Dokumen
  • Terkini
  • Teknologi & Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • SIMBOL YANG SUNYI: ANTARA MATEMATIKA, ALGORITMA, DAN PUISI

    14 Dec 2025 | Dilihat: 53 kali

    Ada satu kesadaran yang pelan-pelan tumbuh dalam diri saya, sering kali tanpa saya rencanakan: bahwa persamaan matematika, algoritma dan computer code, serta puisi, sesungguhnya berbagi satu hakikat yang sama. Ketiganya adalah upaya manusia untuk menjinakkan sesuatu yang kompleks, luas, dan sering kali tak terkatakan, ke dalam rangkaian simbol yang tampak sederhana di atas kertas atau layar.

    Pada pandangan pertama, ketiganya seperti berasal dari dunia yang sama sekali berbeda. Matematika diasosiasikan dengan ketepatan dan objektivitas, algoritma dengan logika dan efisiensi, sementara puisi dianggap wilayah rasa, ambiguitas, dan subjektivitas. Namun semakin lama saya berinteraksi dengan ketiganya, semakin kabur batas itu, di mana yang tersisa justru satu kesamaan mendasar: ketiganya adalah bahasa pemampatan (compression).

    Sebuah persamaan matematika, misalnya persamaan diferensial sederhana dapat merangkum perilaku sistem fisik yang sangat kompleks: gerak planet, aliran fluida, atau dinamika populasi. Di balik simbol-simbol ringkas itu tersembunyi dunia yang kaya dan berlapis. Ini dikenal sebagai “the unreasonable effectiveness of mathematics in the natural sciences” di mana keajaiban simbol abstrak mampu menangkap struktur realitas dengan presisi yang nyaris tinggi.

    Hal serupa terjadi pada algoritma dan computer code. Sepotong kode yang terlihat singkat bisa mengatur jutaan interaksi seperti rekomendasi yang kita lihat, jaringan yang kita gunakan, bahkan keputusan-keputusan penting dalam hidup modern. Pemrograman pada hakekatnya sebuah praktik yang tidak hanya soal membuat mesin bekerja, tetapi tentang menulis teks yang dapat dipahami manusia (setidaknya sesama programmer). Dalam pengertian ini, kode bukan sekadar instruksi teknis, melainkan juganarasi logis tentang bagaimana suatu dunia kecil seharusnya berjalan.

    Dan di sinilah puisi masuk, bukan sebagai pengecualian, melainkan sebagai saudara dekat. Sebuah puisi pendek, dengan pilihan kata yang hemat yang dikenal dengan istilah "rhe economics of words" , mampu menyimpan emosi, pengalaman, dan konflik batin yang tidak mungkin dijelaskan secara panjang lebar tanpa kehilangan daya.

    Puisi, seperti persamaan dan kode, tidak menjelaskan segalanya,  melainkan menunjuk, menyiratkan, dan mengandalkan kecerdasan pembaca untuk membuka lapisan maknanya.

    Saya mulai melihat bahwa ketiganya bekerja dengan prinsip yang sama yaitu abstraksi. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, abstraksi bukanlah penyederhanaan yang dangkal, melainkan pemilihan struktur yang esensial. Peradaban maju karena kemampuannya menciptakan abstraksi yang tepat, bukan karena menghindari kompleksitas. Persamaan, algoritma, dan puisi sama-sama berani meninggalkan detail permukaan demi menangkap pola yang lebih dalam.

    Namun ada kesamaan lain yang lebih halus, dan mungkin lebih manusiawi di mana ketiganya menuntut disiplin sekaligus kepekaan. Menulis persamaan yang baik membutuhkan intuisi, sama seperti menulis puisi yang jujur membutuhkan struktur. Kode yang elegan sering kali terasa “indah” bagi mereka yang memahaminya bukan karena ia sentimental, tetapi karena ia tepat, bersih, dan tidak berlebihan.

    Pada titik ini, batas antara sains dan seni terasa semakin artifisial. Ini bagaikan menyatukan jurang antara “dua kebudayaan” yaitu sains dan humaniora, yang sering dianggap saling tidak memahami. Tetapi pengalaman personal saya justru menunjukkan bahwa jembatan di antara keduanya selalu ada, dan sering kali dibangun dari simbol-simbol sunyi yang kita tulis.

    Mungkin yang membedakan ketiganya bukanlah hakikatnya, melainkan cara kita membacanya. Persamaan dibaca dengan logika, kode dengan eksekusi, puisi dengan perasaan. Namun semuanya menuntut satu sikap yang sama: kesediaan untuk berhenti sejenak, membaca dengan cermat, dan menerima bahwa makna tidak selalu hadir di permukaan.

    Pada akhirnya, saya sampai pada kesimpulan bahwa manusia dalam berbagai bidang selalu melakukan hal yang sama berusaha memahami dunia yang terlalu besar untuk digenggam langsung. Persamaan matematika, algoritma, dan puisi adalah cara-cara kita mengatakan, dengan rendah hati bahwa inilah upaya manusia merangkum semesta, meski kami tahu ia tak pernah sepenuhnya muat dalam simbol.

    Dan mungkin, justru di situlah keindahannya. Kompleksitas yang sederhana!

    (RS - Des 2025)

    About Author

    Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusastraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), “Metaverse” (2022), serta "Login Haramain" (2025), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023).

    Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Diperkirakan buku kumpulan esai terbaruya tentang kesusastraan, kesenian, kebudayaan, serta kemanusiaan akan terbit pada tahun 2026.

    Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025), serta memberikan kuliah umum tentang topik pada Pertemuan Penyair Nusantara XIII (2025) di Perpustakaan Nasional RI.

    Saat ini Riri Satria menjabat sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia.

    Riri juga pernah menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024 s/d September 2025,

    Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

    Konten Populer

    • Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]

      Jul 02, 2025
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering.   Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]

      May 27, 2024
    •   oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]

      May 20, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • DOWNLOAD DOKUMEN

      May 17, 2025
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Assalamu alaikum wr wb. Salam dari Arafah, Mekkah Al Mukarramah. Tahukah sahabat bahwa nama Sukarno sangat terkenal di Arafah? Ya, pohon yang di belakang saya itu disebut oleh orang sini sebagai Pohon Sukarno. Pohon Soekarno di Padang Arafah adalah warisan hijau yang berasal dari usulan Presiden Sukarno saat melaksanakan ibadah haji pada tahun 1955. Usulan […]

      May 27, 2025

    F R I E N D S


    RECENT EVENT

    RECENT EVENT

    play-sharp-fill

    POJOK PODCAST

    KULBIZ SESI 1.3
    By BigThinkersID Host Pinpin Bhaktiar
    Kulbiz adalah tentang kuliah ilmu bisnis secara komprehensif, relevan dan asik 😁🥳🚀🔥
    video
    play-sharp-fill

    Podcast Selengkapnya klik disini...

    Hide picture