Riri Satria
KATEGORI
  • Dokumen
  • Terkini
  • Teknologi & Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Rara Gendis, Penyair dengan Kegelisahan Istimewa yang Dipuji Tardji, Dibedah Riri

    24 Apr 2025 | Dilihat: 463 kali

    PojokTIM – Jika penyair mati maka dia kembali pada huruf. Selama masih ada huruf, penyair tetap ada. Kalimat itu diucapkan Sutardji Calzoum Bachri (SCB) untuk mengenang Rara Gendis, penyair dan jurnalis, yang pernah menjadi asistennya. Menurut sastrawan berjuluk Presiden Penyair Indonesia itu, Rara sosok yang tidak pernah membawa kepenyairannya dalam kehidupan sehari-hari.

    “Saya mengenalnya selama puluhan tahun. Rara juga bergaul dengan para penyair dan seniman lainnya, ikut dalam diskusi-diskusi kami, tanpa kami tahu jika dia menulis puisi. Tetapi saya tahu Rara istimewa, memiliki kegelisahan dan bakat (menulis puisi) yang menjanjikan,” puji Bang Tardji, sapaan akrab SCB, seraya membacakan puisi Rara Gendis yang berjudul Atas Nama Kemerdekaan dan mempersilakan audiens untuk menilai sendiri apakah puisi Rara sesuai dengan pernyataannya.

    Pujian SCB di atas disampaikan dalam acara peluncuran dan diskusi buku kumpulan puisi Rara Gendis Danerek berjudul Sepekat Anggur Sedekat Kita di aula Pusat Dokumen Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (22/4/2025). Menariknya buku berisi 132 puisi tersebut terbit setelah Teriana Yantie Rahim, nama asli Rara Gendis, wafat pada  22 April 2024.

    “Rara beruntung mempunyai suami Stefan Danerek yang dengan tekun mengumpulkan karya-karyanya  dan mewujudkan keinginan almarhum untuk menerbitkan buku antologi puisi,” ujar Sofyan RH Zaid, owner Penerbit Taresia yang menerbitkan buku tersebut.

    Kegigihan Stefan mengumpulkan puisi istrinya, juga diungkap Ariany Isnamurti, yang menjadi kurator bersama Endang Supriyadi. “Ada 130-an puisi karya Rara yang diberikan Stefan kepada saya. Terus terang saya sulit memilihnya karena saya kenal dekat dengan Rara. Tahu kegelisahan, kekecewaan dan keinginannya sehingga ketika sedang mengkurasi puisinya, saya merasa Rara berada di samping saya sebagaimana dulu ketika minta pendapat saya tentang puisi-puisinya,” tutur Ariany, mantan Kepala Pelaksana PDS HB Jassin, yang menjadi narasumber diskusi bersama Riri Satria dengan moderator Nuyang Jaimee.

    Kepada PojokTIM, Stefan mengungkapkan kekaguman pada istrinya yang disebut pandai bergaul dan memiliki banyak sahabat. “Kami memiliki banyak kenangan, momen, yang indah dan lucu, baik di Indonesia maupun saat kami tinggal di Swedia. Meski agak lambat dalam beradaptasi, Rara mampu mengatasi berbagai hambatan, bahkan sempat beberapa kali baca puisi di Swedia, baik dengan Bahasa Indonesia maupun bahasa saya,” ujar Stefan, doktor bidang sastra yang berasal dari Swedia.

    Terkait penerbitan buku kumpulan puisinya, menurut Stefan, sebenarnya Rara sudah lama punya keinginan menerbitkan puisi-puisinya dalam bentuk antolog tunggal. Namun entah mengapa, keinginan itu selalu tertunda. “Jadi saya coba mewujudkan keinginan istri saya yang belum terlaksana saat dia masih hidup,” ujar Stefan.

    Siapa Rara?

    Sebagai pakar teknologi digital, Riri Satria mengungkap sosok Rara Gendis melalui teori semiotika yang diolah dan diringkas dari teori yang ditulis Sofyan RH Zaid. Pendekatan menggunakan teori semiotika yang telah dibentuk menjadi bagan, dapat digunakan untuk mengungkap siapa Rara  sebenarnya, apa yang disampaikan dan apa yang diamati selama ini.

    Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan itu lantas menggabungkan teori semiotika dengan pisau analisa sains dan matematika yang bertumpu pada dogma input, process, output.

    “Inputnya adalah puisi yang punya daya ungkap, daya gugah. Bahan bakunya menangkap realita, apa yang dilihat, apa yang didengar dan lain-lain. Lalu ada proses seleksi, kontemplasi, dan seterusnya. Dalam berkarya, Rara telah melewati dua proses ini,” terang Riri yang juga ketua komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM).

    Pendekatan kedua yang digunakan Riri dalam presentasi berjudul Memotret dan Mengenang Rara dari Puisinya adalah menggunakan pendekatan The Gardner Question Matrix yang menggambarkan kedalaman berpikir manusia.

    Gardner Question Matrix menggunakan daftar pertanyaan dari what, where/when, which, who, way sampai how. Makin ke bawah pertanyaannya, tanda-tandanya makin dalam berpikir manusia itu. Kalau masih bertanya what, apa, maka masih umum. Tetapi jika sudah bertanya why, maka itu reasoning, mengapa dan apa alasannya. Ketika sampai pada how-might, berarti (seseorang itu) sudah prediksi ke depan, apa yang mungkin terjadi. Ini adalah titik berpikir manusia paling dalam,” terang Riri.

    Dengan pendekatan 2 teori tersebut, dan hasil analisa dari beberapa puisi dalam buku Sepekat Anggur Sedekat Kita, Riri menyimpulkan, Rara Gendis adalah sosok yang fokus memahami dan mengkritisi realitas yang terjadi saat ini pada masyarakat dan lingkungan sosialnya.

    “Rara sosok jurnalis, kontemplatif,” simpul Riri.

    Selain diskusi, acara peluncuran buku dengan MC Sharon Leony itu juga diisi dengan pembacaan puisi oleh para sahabat Rara Gendis seperti Rissa Churia, Nunung Noor El Niel, Ical Vrigar, Imam Ma’arif, Shantined, Willy Ana, dan lain-lain.

    Sumber : POJOK TIM

    Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusatraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023). Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), serta Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025). Sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024  s/d September 2025, sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia. Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

    Konten Populer

    • Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]

      Jul 02, 2025
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering.   Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]

      May 27, 2024
    •   oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]

      May 20, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • DOWNLOAD DOKUMEN

      May 17, 2025
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024

    DIRGAHAYU JAGAT SASTRA MILENIA (JSM) 10 Oktober 2020 - 2025

    POJOK PODCAST

    KULBIZ SESI 1.3
    By BigThinkersID Host Pinpin Bhaktiar
    Kulbiz adalah tentang kuliah ilmu bisnis secara komprehensif, relevan dan asik 😁🥳🚀🔥
    video
    play-sharp-fill

    Podcast Selengkapnya klik disini...

    RECENT EVENT


    NEXT EVENT

    Hide picture