Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
Berbagai literatur menunjukkan bahwa logika modern antara lain: rasionalistik, fungsionalis, interpretif, dan teori kritis: mengkedepankan dominansi rasionalitas.
Positivis membuat generalisasi dari frekuensi dan variansi, interpretif membuat kesimpulan generatif dari esensi. Positivist menguji kebenaran dengan uji validitas, sedangkan interpretif menguji thuthworiness lewat triangulasi.
Logika yang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan adalah mencari (search) kebenaran, (proof) membuktikan kebenaran, dan mengkonfirmasikan (confirm) kebenaran.
Beberapa literatur mengatakan bahwa sejumlah ahli mendeskripsikan posmodernis adalah penolakan terhadap rasionalitas yang digunakan oleh fungsionalis, rasionalis, interpretif, dan teori kritis.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa posmodernis bukan menolak rasionalitas tetapi tidak membatasi rasionalitas pada yang linier, tidak membatasi pada yang standar termasuk yang divergen, horizontal, tetapi lebih menekankan pada pencarian rasionalitas aktif kreatif.
Bukan mencari dan membuktikan kebenaran, melainkan mencari makna perspektif dan problematis. Logika yang digunakan adalah logika memahami (understand), logika pengungkapan (discovery), atau logika inquiry.
Rasionalitas modernis yang selalu berlandaskan grandtheory dan turunannya, digugat oleh pendekatan posmodernis, lalu menggantinya dengan perbedaan (differences), pertentangan (opposites), paradoks, dan penuh misteri (enigma).
Dalam pola pikir era modern, kontradiksi merupakan indikator lemahnya suatu konsep atau teori. Dalam era posmodernis, kontradiksi menjadi suatu pola fikir yang dapat diterima. Nah jadi menarik bukan?
Pada era modern, baik positivist maupun pospositivis, penelitian difokuskan pada upaya membangun kebenaran dengan mencari tata hubungan rasional-logis, baik secara linier pada positivis, maupun secara kreatif (divergen, lateral, holographik, dan lain-lain) pada pospositivis atau intrpretif.
Pada era postmodern para ahli tidak mencari hubungan rasional-integratif, melainkan menemukan secara kreatif kekuatan momental dari berbagai sesuatu yang saling independen dan dapat dimanfaatkan. Jadi paradigmanya bergeser.
Akhir era posposivis menampilkan pemikiran sistematik, sedang awal berpikir posmodern perlu mengembangkan pemikiran sinergik.
Berpikir sistemik adalah cara berpikir yang melihat suatu masalah atau situasi sebagai sebuah sistem yang kompleks, dengan elemen-elemen yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Bukan hanya melihat bagian-bagian secara terpisah, tetapi memahami bagaimana elemen-elemen tersebut berinteraksi dan bagaimana interaksi tersebut membentuk keseluruhan.
Jadi berpikir sistemik itu menekankan pada hubungan dan interaksi antar bagian dari suatu sistem, bukan hanya pada bagian-bagian itu sendiri. Nah hubungan-hubungan inilah yang dibangun dan diuji.
Sementara itu berpikir sinergik adalah suatu cara berpikir di mana elemen atau kelompok elemen “bekerja sama” untuk mencapai hasil yang lebih besar dan lebih baik daripada jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Ini melibatkan pemanfaatan kelebihan masing-masing elemen, menghargai perbedaan, dan mencari solusi bersama atau solusi sinergik yang kreatif.
Posmodernisme menolak narasi besar atau ideologi tunggal yang mencoba menjelaskan seluruh realitas. Sebaliknya, malahan mengakui berbagai sudut pandang dan pengalaman yang berbeda-beda.
Posmodernisme menghargai keberagaman, perbedaan, dan perspektif yang berbeda-beda, mengakui bahwa pengetahuan dan pemahaman kita tentang dunia dipengaruhi oleh pengalaman, nilai, dan perspektif pribadi kita.
Paradigma posmodernis dan berpikir sinergik saling terkait karena posmodernis seringkali menekankan pentingnya perspektif yang beragam dan pendekatan kolaboratif, yang sejalan dengan prinsip sinergi.
Posmodernisme yang muncul sebagai reaksi terhadap modernisme, menolak narasi tunggal dan menekankan pluralitas, perbedaan, dan kompleksitas.
Berpikir sistemik sekaligus sinergik dapat dilakukan dalam paradigma postmodern. Ini yang masih jarang dipergunakan dalam berbagai penelitian (menurut saya).
Bagi yang terbiasa melakukan penelitian dengan paradigma positivis, maka paradigma pospositivis atau interpretatif bisa menjadi barang aneh. Nah apalagi kalau melakukan paradigma posmodernis, bisa jadi semakin mumet hehehe ..
Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi | Pakar Teknologi Digital | Pengamat Ekonomi Digital | Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) | Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) | Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia | Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com | Penyair & Penulis | Pencinta Kopi
Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi | Pakar Teknologi Digital | Pengamat Ekonomi Digital | Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) | Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) | Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia | Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com | Penyair & Penulis | Pencinta Kopi
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]
oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]