Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
Perkembangan Artificial Intelligence (AI) telah membawa disrupsi besar terhadap berbagai sektor, termasuk pelabuhan laut. Pelabuhan yang sebelumnya beroperasi secara konvensional kini mulai bertransformasi menjadi smart port, yaitu pelabuhan yang memanfaatkan teknologi digital dan AI untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan daya saing. Disrupsi ini tidak hanya mengubah teknologi yang digunakan, tetapi juga cara kerja, peran tenaga kerja, dan model bisnis pelabuhan.
Salah satu bentuk utama disrupsi AI di pelabuhan laut adalah otomatisasi operasional. AI digunakan untuk mengendalikan crane otomatis, kendaraan tanpa awak (Automated Guided Vehicles/AGV), serta sistem penataan kontainer. Dengan bantuan AI, proses bongkar muat menjadi lebih cepat dan presisi, serta mengurangi kesalahan manusia. Hal ini berdampak pada peningkatan produktivitas pelabuhan dan penurunan biaya operasional.
Selain itu, AI berperan penting dalam optimalisasi arus kapal dan logistik. Melalui analisis data cuaca, lalu lintas kapal, dan kapasitas dermaga, AI mampu memprediksi waktu kedatangan kapal secara lebih akurat. Prediksi ini membantu pelabuhan mengatur jadwal sandar kapal dan distribusi kontainer secara efisien, sehingga waktu tunggu kapal dapat ditekan.
Disrupsi AI juga terlihat dalam keamanan dan perawatan pelabuhan. Sistem AI berbasis kamera dan sensor mampu mendeteksi aktivitas mencurigakan serta potensi kecelakaan kerja. Di sisi lain, AI digunakan untuk predictive maintenance, yaitu memprediksi kerusakan peralatan sebelum terjadi, sehingga mengurangi risiko gangguan operasional.
Contoh penerapan AI di dunia dapat dilihat pada Pelabuhan Rotterdam di Belanda, yang menggunakan AI dan Internet of Things (IoT) untuk memprediksi kedatangan kapal dan mengoptimalkan penggunaan dermaga.
Pelabuhan Singapura juga memanfaatkan AI untuk mengelola lalu lintas kapal dan otomatisasi terminal peti kemas.
Sementara itu, Pelabuhan Shanghai di Tiongkok dikenal sebagai salah satu pelabuhan otomatis terbesar di dunia dengan penggunaan crane dan kendaraan otonom berbasis AI.
Secara keseluruhan, disrupsi AI telah mendorong pelabuhan laut menjadi lebih efisien, aman, dan terintegrasi dalam rantai pasok global. Meskipun menimbulkan tantangan, terutama dalam perubahan kebutuhan tenaga kerja, penerapan AI menjadi langkah penting bagi pelabuhan untuk bertahan dan bersaing di era digital.
Model Bisnis Pelabuhan Laut di Masa Depan
Perkembangan AI mendorong perubahan mendasar pada model bisnis pelabuhan laut. Pelabuhan tidak lagi berperan semata-mata sebagai tempat sandar kapal dan bongkar muat barang, melainkan berkembang menjadi pusat layanan logistik terintegrasi berbasis teknologi dan data. Transformasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi, daya saing, serta nilai tambah dalam rantai pasok global.
Model bisnis pelabuhan ke depan ditandai dengan konsep smart port, di mana AI digunakan untuk mengelola operasional secara otomatis dan prediktif. Pelabuhan memanfaatkan AI untuk mengatur lalu lintas kapal, penempatan kontainer, serta pemeliharaan peralatan. Dengan demikian, pelabuhan dapat menawarkan layanan yang lebih cepat, andal, dan berbiaya rendah, sekaligus mengurangi ketergantungan pada proses manual.
Selain layanan fisik, pelabuhan masa depan juga menciptakan nilai dari data. Data operasional yang diolah dengan AI dapat menghasilkan informasi strategis seperti prediksi arus barang, estimasi waktu kedatangan kapal, dan analisis risiko logistik. Informasi ini dapat menjadi sumber pendapatan baru melalui layanan analitik, sistem digital berlangganan, atau kerja sama dengan perusahaan pelayaran dan logistik.
Model bisnis pelabuhan juga bergerak ke arah platform dan ekosistem digital. Pelabuhan berperan sebagai penghubung antara berbagai pemangku kepentingan, seperti perusahaan pelayaran, bea cukai, operator logistik, dan industri. Integrasi ini membuat proses logistik lebih transparan dan efisien, sekaligus memperkuat posisi pelabuhan dalam rantai pasok nasional maupun global.
Di masa depan, model bisnis pelabuhan laut juga semakin menekankan aspek keberlanjutan. Dengan bantuan AI, pelabuhan dapat mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi emisi, sehingga mendukung konsep green port. Secara keseluruhan, model bisnis pelabuhan di era AI berfokus pada layanan berbasis teknologi, pemanfaatan data, dan kolaborasi ekosistem, menjadikan pelabuhan lebih adaptif dan kompetitif di masa depan.
Konvergensi Bisnis
Salah satu bentuk konvergensi bisnis terlihat pada integrasi pelabuhan dengan layanan logistik dan supply chain. Pelabuhan tidak hanya menyediakan jasa bongkar muat, tetapi juga layanan pergudangan, distribusi, pelacakan kargo secara digital, serta manajemen rantai pasok berbasis AI. Dengan demikian, batas antara pelabuhan, perusahaan logistik, dan operator distribusi menjadi semakin menyatu.
Konvergensi juga terjadi antara pelabuhan dan industri teknologi digital. Banyak pelabuhan kini mengembangkan platform digital, sistem analitik data, dan layanan berbasis AI untuk memprediksi arus barang dan lalu lintas kapal. Dalam hal ini, pelabuhan berperan tidak hanya sebagai operator fisik, tetapi juga sebagai penyedia solusi teknologi dan data, peran yang sebelumnya dijalankan oleh perusahaan teknologi.
Selain itu, pelabuhan mulai berkonvergensi dengan sektor industri dan manufaktur melalui pengembangan kawasan industri pelabuhan (port-based industrial zone). Kedekatan lokasi antara pelabuhan, pabrik, dan pusat distribusi memungkinkan efisiensi biaya dan waktu, sehingga pelabuhan menjadi bagian integral dari proses produksi, bukan sekadar titik transit.
Konvergensi bisnis ini membawa peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, pelabuhan memperoleh sumber pendapatan baru dan posisi strategis dalam ekonomi global. Di sisi lain, pelabuhan harus meningkatkan kapabilitas digital, mengelola kolaborasi lintas sektor, serta menyesuaikan regulasi dan kompetensi sumber daya manusia. Secara keseluruhan, konvergensi bisnis merupakan ciri utama pelabuhan modern di era AI dan menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya saing pelabuhan di masa depan.
——- Disampaikan pada diskusi tentang “Diarupsi AI dan Masa Depan Kepelabuhanan” untuk Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Group, diikuti oleh pimpinan holding dan subsidiaries. Acara ini diselenggarakan oleh Departemen Pembinaan Anak Perusahaan Pelindo, Senin 22 Desember 2025 ![]()
![]()
![]()
Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusastraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), “Metaverse” (2022), serta “Login Haramain” (2025), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023).
Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Diperkirakan buku kumpulan esai terbaruya tentang kesusastraan, kesenian, kebudayaan, serta kemanusiaan akan terbit pada tahun 2026.
Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025), serta memberikan kuliah umum tentang topik pada Pertemuan Penyair Nusantara XIII (2025) di Perpustakaan Nasional RI.
Saat ini Riri Satria menjabat sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia.
Riri juga pernah menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024 s/d September 2025,
Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusastraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), “Metaverse” (2022), serta "Login Haramain" (2025), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023).
Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Diperkirakan buku kumpulan esai terbaruya tentang kesusastraan, kesenian, kebudayaan, serta kemanusiaan akan terbit pada tahun 2026.
Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025), serta memberikan kuliah umum tentang topik pada Pertemuan Penyair Nusantara XIII (2025) di Perpustakaan Nasional RI.
Saat ini Riri Satria menjabat sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia.
Riri juga pernah menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024 s/d September 2025,
Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]
oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Assalamu alaikum wr wb. Salam dari Arafah, Mekkah Al Mukarramah. Tahukah sahabat bahwa nama Sukarno sangat terkenal di Arafah? Ya, pohon yang di belakang saya itu disebut oleh orang sini sebagai Pohon Sukarno. Pohon Soekarno di Padang Arafah adalah warisan hijau yang berasal dari usulan Presiden Sukarno saat melaksanakan ibadah haji pada tahun 1955. Usulan […]