Riri Satria
KATEGORI
  • Dokumen
  • Terkini
  • Teknologi & Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

    04 Nov 2025 | Dilihat: 22 kali

    Pada suatu sesi mengajar kampus pada sebuah program S2, seorang mahasiswa bertanya kepada saya, "Bagaimanakah Bapak menilai hasil ujian kami nantinya? Apakah harus sesuai dengan pendapat Bapak?"

    Pertanyaan ini membuat saya terkejut. Betapa tidak? Pada tingkat pendidikan S2, masih ada pemikiran pada diri seorang mahasiswa bahwa untuk mendapatkan nilai tinggi, maka dia harus tunduk kepada pendapat sang dosen. Ya semacam safety player lah.

    "Jika ada diantara Anda yang sanggup memberikan perspektif yang berbeda dengan pendapat saya, selama itu memiliki argumen yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan, maka saya akan beri nilai A", demikian jawaban saya kepada si mahasiswa tersebut.

    Jawaban saya itu rupanya memancing reaksi dari para mahasiswa lain di kelas. "Wah, jadi kita boleh berpikir bebas ya Pak?". Saya menjawab, "Tentu saja, bahkan kembangkanlah imaginasi dan kreativitas seluas-luasnya, lakukakah critical thinking serta thinking-thinking lainnya, selama itu masih dalam koridor ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan saya sangat menghargai mereka yang mampu seperti itu".

    Saya jelaskan lebih lanjut, "Tugas saya sebagai dosen adalah menjadi fasilitator Anda semua dalam belajar, semacam learning partner. Dengan demikian, belum tentu seorang dosen itu lebih pintar dari Anda.

    Ibarat Sir Alex Fergusson yang tidak pernah terkenal saat dia berprofesi sebagai pemain bola, artinya dia bukan pemain bola yang hebat, tetapi dia sanggup melatih dan memunculkan bintang-bintang kelas dunia di Machester United.

    Dalam hal bermain bola, Alex mungkin tidak lebih hebat dibanding anak didiknya, tetapi memang tugas dia sebagai pelatih adalah membentuk pemain kelas dunia, dan itulah keahliannya.

    Saya sependapat dengan Stephen Covey dalam bukunya "The 8th Habit" yang melengkapi teori "7-Habit" yang dia luncurkan sebelumnya, di mana sebagai pemimpin, pelatih, guru, atau sejenisnya, tugas kita adalah "articulate our own voice, and help others to find and articulate their own voice".

    Tugas kita bukanlah sebagai pembatas, penaruh beban, pembatas pemikiran, pengungkung paradigma, yang akan mengerdilkan para mahasiswa atau anak didik nantinya.

    Saya juga sependapat dengan Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar Dewantara, yang mengatakan bahwa pendidikan itu harusnya memerdekakan pemikiran, memberikan keberanian kepada anak didik atau mahasiswa untuk  bernalar dengan menggunakan koridor ilmiah dengan argumen-argumen yang kuat tentunya.

    Dosen itu tugasnya melatih dan memfasilitasi para mahasiswa untuk bernalar dan berargumen.

    Pendidikan bukanlah bertujuan untuk membuat orang menjadi peniru yang tumpul kreativitas, karena dalam jangka panjang hal ini tentu tidak baik untuk kemajuan sebuah masyarakat.

    Tetapi perlu dipahami bersama, pikiran yang merdeka bukanlah pikiran yang asal bebas begitu saja, melainkan juga punya unsur tanggung jawab.

    Kita harus bertanggung jawab dengan pemikiran kita sendiri.

    Setujukah Anda?

    About Author

    Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, aktif bergiat di dunia kesusatraan Indonesia, pendiri serta Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta, serta menulis puisi. Namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018). Puisinya sudah diterbitkan dalam buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, termasuk buku kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul “Algoritma Kesunyian” (2023). Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains dan matematika, teknologi dan transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022). Dalam beberapa tahun terakhir ini sejak tahun 2018, Riri Satria aktif menekuni dampak teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) terhadap dunia kesusastraan, terutama puisi. Riri diundang menjadi narasumber untuk membahas topik ini di berbagai acara sastra, antara lain: Seminar Internasional Sastra di Universitas Pakuan, Bogor (2018), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2019), Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019), Seminar Perayaan Hari Puisi Indonesia, Jakarta (2021), Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024 di Jambi (2024), Seminar Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) di Banyuwangi (2024), serta Seminar Etika Kreasi di Era Digital, Diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (2025). Sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesia (Meko Polkam RI) bidang Digital, Siber, dan Ekonomi sejak Oktober 2024  s/d September 2025, sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital PSD sejak April 2024, sebuah perusahaan teknologi dalam grup Pelabuhan Indonesia atau Pelindo. Sebelumnya selama 5 tahun Riri menjabat sebagai Komisaris Independen pada PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) 2019-2024, sebuah pelabuhan petikemas terbesar di Indonesia yag merupakan joint venture antara Pelabuhan Indonesia dengan Hutchison Port Holdings Hongkong melalui Hutchison Ports Indonesia. Riri juga anggota Dewan Juri untuk Indonesia Digital Culture Excellence Award serta Indonesia Human Capital Excellence Award sejak tahun 2021. Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan mengajar topik Sistem Korporat, Bisnis Digital, Manajemen Strategis Sistem Informasi, serta Metodologi Penelitian untuk program Magister Teknologi Informasi (MTI). Selain itu Riri adalah Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

    Konten Populer

    • Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]

      Jul 02, 2025
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering.   Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]

      May 27, 2024
    •   oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]

      May 20, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • DOWNLOAD DOKUMEN

      May 17, 2025
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024

    RECENT EVENT

    Foto bersama setelah acara live test Adhara. Adhara adalah Digital Bridge for Integrated Maritime, sebuah karya PT. ILCS Pelindo Solusi Digital untuk mendukung Pelabuhan Indonesia (Pelindo) membangun keunggulan eksistem logistik maritim digital untuk Indonesia 🇮🇩🇮🇩🇮🇩


     

    RECENT EVENT

    play-sharp-fill

    POJOK PODCAST

    KULBIZ SESI 1.3
    By BigThinkersID Host Pinpin Bhaktiar
    Kulbiz adalah tentang kuliah ilmu bisnis secara komprehensif, relevan dan asik 😁🥳🚀🔥
    video
    play-sharp-fill

    Podcast Selengkapnya klik disini...

    Hide picture