Riri Satria
KATEGORI
  • Dokumen
  • Terkini
  • Teknologi & Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • MASIH TENTANG EKONOMI KREATIF

    12 Aug 2025 | Dilihat: 88 kali

    Bapak, Ibu, serta Hadirin semua yang saya hormati,

    Secara ringkas, inti dari Ekonomi Kreatif adalah bagaimana menjadikan produk-produk kreatif yang merupakan hasil proses kreatif, memiliki nilai ekonomi, dan kemudian mendatangkan manfaat ekonomi (baca: memberikan penghasilan).

    Sesuai dengan istilahnya, Ekonomi Kreatif memiliki dua proses, yaitu (1) proses kreatif, yaitu penciptaan produk-produk kreatif bernilai seni, serta (2) proses ekonomi, yaitu bagaimana membuat produk-produk kreatif tersebut memiliki nilai ekonomi dan mendatangkan manfaat ekonomi.

    Para seniman tentu paham sekali proses yang pertama karena itulah adalah dunia mereka. Namun bagaimana dengan proses kedua? Proses ini mencakup hal-hal seperti pengembangan produk, manajemen pemasaran termasuk branding, manajemen operasi, manajemen proyek untuk pertunjukan, sampai dengan manajemen keuangan.

    Proses yang kedua inilah yang seringkali menjadi persoalan.

    Memang diperlukan suatu sinergi antara para seniman yang memiliki proses kreatif yang tinggi, dan tentu menghasilkan produk kreatif yang bernilai seni tinggi, dengan mereka yang mengerti soal bisnis dan manajemen, namun memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni.

    Bisakah semua dilakukan? Tentu saja bisa! Desa Ubud di Bali adalah suatu contoh di mana ekosistem ekonomi kreatif berjalan dengan baik. Produk seninya hebat, roda ekonomi pun berputar.

    Eits, jangan salah! Produk kreatif yang bernilai ekonomi itu bukanlah produk dengan dengan nilai seni rendah. Bukan itu maksudnya. Jika kita masih mendikotomikan antara kualitas seni produk dengan nilai ekonomi, maka ini tentu paradigma yang keliru. Keduanya bisa sejalan kok.

    Nah, persoalan adalah, pada umumnya para seniman itu bekerja secara merdeka dan tidak mau terkungkung, apalagi jika mendengar label bisnis dan manajemen, umumnya banyak yang alergi dan seolah anti "idealisme berkesenian".

    Iya sih, ada produk seni yang tidak diniatkan menjadi komoditas ekonomi alias merupakan produk "idealisme". Ini tentu sah-sah saja dan harus dihormati.

    Satu hal lagi, terkait dengan sastra. Di beberapa negara para sastrawan digaji oleh negara dengan label Sastrawan Negara. Bisakah di Indonesia juga demikian? Bisa donk! Namun ada syaratnya, tentu saja profesi sastrawan harus diakui sebagai sebuah profesi yang bermanfaat untuk negara dan dengan demikian pelakunya digaji oleh negara.

    Ini mensyaratkan adanya profesi sastrawan dengan semua perangkat aturannya seperti standar kompetensi, mekanisme penilaian karya, dan sebagainya, karena kalau digaji negara berarti dari APBN dan harus ada dasar hukum melakukannya. Lagi-lagi ini butuh manajemen dan keorganisasian.

    Sekali lagi, memang harus ada sinergi. Hal ini pernah saya sampaikan dalam sebuah seminar singkat di Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2017, sekitar 7 tahun yang lalu. Namun saat itu tidak ada kata sepakat dari para sastrawan mengenai apa itu profesi sastrawan. Lalu gagasan itu menguap dan lama-lama menghilang diterbangkan angin.

    Kesenian harus berdiri tegak penuh wibawa di tengah masyarakat, karena dia memiliki nilai-nilai yang tinggi sebagai penjaga peradaban, produk intelektual, dan tentu saja memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Jangan lagi "dipandang sebelah mata" karena dianggap hidup dari sumbangan, donasi, atau sejenisnya, namun karena adanya value-exchange yang membuatnya layak diperhitungkan. Quality for value!

    Tetapi, bukankah hidup memang pilihan?

    Demikian ulasan singkat saya. Semoga memberikan masukan terhadap isu ekonomi kreatif ini. Satu lagi, tentu sah-sah saja jika kita berbeda pendapat, dan inilah pendapat saya ...

    Terima kasih.

    (Riri Satria)

    About Author

    Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi | Pakar Teknologi Digital | Pengamat Ekonomi Digital | Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) | Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) | Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia | Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com | Penyair & Penulis | Pencinta Kopi

    Konten Populer

    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering.   Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]

      May 27, 2024
    •   oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]

      May 20, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]

      Jul 02, 2025
    • DOWNLOAD DOKUMEN

      May 17, 2025
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024

    POJOK PODCAST

    KULBIZ SESI 1.3
    By BigThinkersID Host Pinpin Bhaktiar
    Kulbiz adalah tentang kuliah ilmu bisnis secara komprehensif, relevan dan asik 😁🥳🚀🔥
    video
    play-sharp-fill

    Podcast Selengkapnya klik disini...

    RECENT EVENT

    Buku Terbaru Riri Satria

    LOG IN HARAMAIN "Jejak Perjalanan Ibadah Haji"


    NEXT EVENT

     


    Hide picture