Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
Oleh: Riri Satria*)
Selama beberapa hari terakhir ini, di sela-sela tugas, saya membaca buku ini, The Journals of Sylvia Plath 1950-1962. Sebuah buku catatan harian seorang perempuan penyair asal Amerika yaitu Sylvia Plath (1932-1963). Buku ini merupakan catatan pribadi Sylvia Plath yag diedit oleh Karen V. Kukil, seorang kurator penerbitan buku biografi. Di samping buku ini, saya juga punya dan sudah baca tiga buku Sylvia Plath, yaitu Ariel, The Bell Jar, serta The Collected Poems of Sylvia Plath.
Kalau dibaca pada buku catatan harian ini, di samping kita jadi mengetahui latar belakang lahirnya puisi dari tangan beliau, maka kita juga dapat membaca pahitnya jalan kehidupan Sylvia Plath dan bahkan mengalami depresi. Sylvia plath meninggal secara tragis karena bunuh diri pada tahun 1963 dengan meracuni dirinya dengan karbon monoksida, walaupun sebagian pihak masih meragukan ini. Lebih mengejutkan lagi ketika kita mengetahui bahwa Sylvia Plath pernah mencoba bunuh diri pada usia muda pada tahun 1953.
Padahal kalau ditelisik soal prestasi, Sylvia Plath adalah seorang perempuan penyair yang berprestasi dan memiliki banyak pencapaian. Dia peraih Glasscock Poetry Prize, Fulbright Scholarship di University of Cambridge, serta Pulitzer Prize for Poetry pada tahun 1982 yang diberikan secara anumerta. Dia juga lulusan Boston University. Bahkan ketika muda Sylvia Plath meraih Scholastic Art and Writing Awards pada tahun 1947 di Boston, AS. Ini menunjukkan bahwa Sylvia Plath adalah penyair yang hebat.
Namun menjadi menarik untuk mengkaji dengan bercermin kepada kehidupan Sylvia Plath ini, apakah benar membuat puisi atau menulis itu secara umum adalah semacam escape dari persoalan diri untuk selfhealing, menyembuhkan, dan membebaskan? Dapatkan menulis puisi atau menulis secara umum justru semakin menambah tingkat depresi seseorang? Atau jangan-jangan dengan semakin membuat puisi maka seseorang itu bisa saja semakin depresi? Sebuah pertanyaan yang menarik untuk dijawab melalui riset yang mendalam.
Banyak pihak yang berspekulasi bahwa pernikahannya dengan Ted Hughes yang juga seorang penyair adalah salah satu faktor yang ikut menumpuk banyak persoalan para diri Sylvia Plath sehingga menjadi menderita depresi. Beberapa pihak membangun hipotesis terkait kehidupan Sylvia Plath ini, apakah justru di tangan Sylvia Plath, alih-alih sebagai escape, menyembuhkan atau membeaskan, justru puisi menjelma menjadi katalisotor mempercepat depresi dirinya? Semakin dia menulis, semakin dia depresi. Apakah mungkin puisinya menjadi amplifier untuk memperbesar depresi itu sendiri?
Dalam literatur kita jua mengenal jenis puisi yang bisa membangkitkan perasaan depresi atau kesedihan yang mendalam. Puisi-puisi ini biasanya menggunakan bahasa yang melankolis, memiliki tema kehilangan, penderitaan, rasa sakit, sert nada yang suram. Puisi jenis ini sering disebut puisi bertema kesedihan, semakin ditulis dan dibaca, semakin meimbulka kesedihan, ujungnya depresi. Membaca serta menulis puisi eperti ini bisa menjadi cara untuk mengeksplorasi emosi dan perasaan, namun juga bisa memicu perasaan depresi atau kecemasan semakin bertumpuk. Jiika ketika membaca atau meenuli sebuah puisi lalu merasa terpengaruh secara negatif oleh puisi-puisi tersebut, penting untuk mencari dukungan dari orang terdekat atau profesional jika diperlukan. Berarti ada sesuatu pada puisi tersebut yang berdampak negatif kepada diri kita. Namun puisi juga bisa menjadi alat terapi untuk membantu seseorang melepaskan emosi negatif dan memproses pengalaman traumatis, namun sebaiknya dilakukan dengan bimbingan seorang ahli, psikolog misalnya.
Nah, buat saya ini buku yang menarik, membuat kita mengetahui banyak sisi kehidupan manusia dengan produk seni seperti puisi, yang mungkin memang sulit untuk dipahami. Mungkin bagi Sylvia Plat puisi memang membebaskan, tetapi benar-benar membebaskan dia dari kehidupan yang fana ini.
RIRI SATRIA
Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970, adalah Ketua Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta. Puisinya sudah diterbitkan dalam 4 buku puisi tunggal: “Jendela” (2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), dan “Metaverse” (2022), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya. Riri Satria juga aktif menulis esai atau tulisan singkat, dan sudah diterbitkan dalam dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa Depan Puisi”; serta kumpulan esai sastra bertajuk “Jelajah” (2022). Saat ini Riri Satria adalah Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menkopolkam) RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi Digital, lalu Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital, serta dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi | Pakar Teknologi Digital | Pengamat Ekonomi Digital | Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) | Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) | Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia | Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com | Penyair & Penulis | Pencinta Kopi
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]
oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]
Pada tahun 2025, transaksi ekonomi digital diperkirakan se besar Rp 1.775 T. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dengan nilai transaksi diprediksi akan mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1.775 triliun pada tahun 2025. Dengan proyeksi tersebut, Indonesia akan berada pada peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan nilai transaksi ekonomi digital terbesar dengan kontribusi […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]