Riri Satria
KATEGORI
  • Teknologi dan Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Seniman hingga Praktisi Hukum Soroti Hak Cipta Karya Seni di Tengah Gempuran Kecerdasan Buatan

    13 Mar 2025 | Dilihat: 23 kali

    Tiga pembicara dalam diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang digelar oleh Dewan Kesenian Jakarta, Jakarta Poetry Slam, dan Kongsi 8, Jumat 7 Maret 2025 lalu di Taman Ismail Marzuki. Ki-ka: Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Riri Satria; Penulis sekaligus dosen filsafat di Universitas Indonesia, Saras Dewi; Pengacara Hak Cipta Dimaz Prayudha. Foto: istimewa

    Jakarta, pelita.co.id – Apakah produk seni hasil perintah atau prompt artificial intelligence (AI) bisa disebut karya seni? Apakah AI dapat dianggap sebagai kreator atau hanya alat? Etis kah? Bagaimana dengan hak cipta karya-karya seni yang “diajarkan” ke AI untuk menciptakan ‘karya’ baru?

    Pertanyaan-pertanyaan ini muncul ketika AI mulai mampu digunakan untuk membuat produk seni. Oleh karena itu, sejumlah seniman, pekerja kreatif, akademisi dan praktisi hukum berkumpul dalam panel diskusi bertajuk “Hak Cipta dan Filosofi AI” pada Jumat, (7/3/2025) malam di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

    Mereka membahas soal potensi pelanggaran hak cipta, kolonialisasi data, risiko bias, dan risiko pelebaran kesenjangan sosial dari penggunaan teknologi kecerdasan buatan yang dikendalikan oleh modal-modal besar.

    “Ada sisi-sisi yang tidak dipertimbangkan. Dan itu kenapa sebesar apa pun saya sebagai peneliti menyukai kecerdasan buatan, kita memang harus tetap skeptis dan bersikap kritis pada kecerdasan buatan. Jangan langsung jatuh pada kekaguman dan ketakjuban, bahwa mesin ini bisa melakukan apa pun yang kita bayangkan, padahal mesin-mesin ini masih penuh dengan bias,” kata penulis sekaligus dosen filsafat di Universitas Indonesia, Saras Dewi.

    Menurut dia, berbagai laporan mengungkap produk-produk AI tersebut dibangun di atas pencurian data. Namun, di tengah keresahan para seniman dan pekerja kreatif, seorang seniman di Bali mampu menggunakan AI sebagai alat untuk mengembangkan karyanya. Seniman itu adalah Jemana Murti. Dia melihat AI sebagai peluang dan memanfaatkannya untuk membuat karya.

    “Jemana mampu menjadikan AI sebagai mitra,” ujar Saras dalam diskusi yang digelar Dewan kesenian Jakarta bersama Jakarta Poetry Slam dan Kongsi 8. Hanya saja, lanjut dia, keresahan yang dirasakan seniman dan pekerja seni itu nyata. Keresahan, AI akan menggantikan manusia.

    Pada kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Riri Satria, juga menyinggung soal keresahan ini. Dia mengatakan, AI bisa menggantikan manusia ketika kualitas berpikir manusia rendah. Begitu juga sebaliknya. Dia menyarankan para seniman dan pekerja kreatif untuk tetap berkarya dan mengikuti tuntutan zaman (relevant).

    “Selain itu, jika punya kegelisahan, suarakanlah. Nanti dia akan menemukan gaungnya sendiri,” kata Riri.

    Beda Produk Seni AI dan Manusia

    Tiga pembicara dalam diskusi Hak Cipta dan Filosofi AI yang digelar oleh Dewan Kesenian Jakarta, Jakarta Poetry Slam, dan Kongsi 8, Jumat 7 Maret 2025 lalu di Taman Ismail Marzuki. Ki-ka: Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Riri Satria; Penulis sekaligus dosen filsafat di Universitas Indonesia, Saras Dewi; Pengacara Hak Cipta Dimaz Prayudha. Foto: istimewa

    Sarah menambahkan, saat ini, produk seni AI belum bisa menyamai kompleksitas karya seni buatan manusia. Hasilnya, kata dia, sangat monoton karena tidak ada ‘rasa’ yang masuk ke dalamnya.

    “Apalagi di sastra. Puisinya kering. Tapi ini sekarang ya. Meski sebenarnya tidak ada karya yang benar-benar individual. Karya saya terpantik oleh karya orang. Oleh karena itu, karya itu kecerdasan kolektif yang diramu. Tapi paling tidak, sekarang ini kita bisa tidur tenang,” tutur dia.

    Riri juga mengingatkan tidak ada yang tahu batasan teknologi di masa datang, khususnya AI. Tidak ada yang bisa memprediksi seperti apa kompleksitas AI 10 tahun ke depan. Sebab, kompleksitas AI meniru kompleksitas otak manusia.

    Pengawasan Masih Sulit

    Pengacara Hak Cipta Dimaz Prayudha membenarkan banyak ruang terjadinya pelanggaran hak cipta ketika seseorang menggunakan AI Generatif untuk menghasilkan karya seperti artikel, lagu, dan lukisan. Pasalnya, pengguna seringkali tak dapat mengontrol karya mana yang dipakai oleh mesin AI untuk menghasilkan karya baru.

    “Bagaimana cara mengontrol ciptaan tersebut tidak melanggar hak cipta? Karena ada ribuan data di situ. Kalau lagu 8 bar. Kalau bukan lagu bagaimana? Lukisan? Enggak bisa. Susah,” ujar Dimaz.

    Namun, ketika seniman telah menolak karyanya digunakan untuk pengembangan AI, dia bisa menuntut pengguna (prompter) dan perusahaan AI, jika mesin AI terbukti mengambil karyanya.

    “Yang bisa ditarik sebagai pihak yang digugat pertama adalah si pengguna mesin AI (pemberi instruksi atau prompt), dan yang kedua adalah perusahaan AI itu sendiri karena menciptakan mesin yang memungkinkan pengambilan karya ini terjadi,” kata Dimaz.

    Sumber : PELITA.CO.ID

    Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi | Pakar Teknologi Digital | Pengamat Ekonomi Digital | Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) | Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) | Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia | Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com | Penyair & Penulis | Pencinta Kopi

    Konten Populer

    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering.   Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]

      May 27, 2024
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    •   oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]

      May 20, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024
    • Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]

      May 03, 2024
    • Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]

      May 15, 2024
    • Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]

      Sep 03, 2022
    • Komunitas Jagat Sastra Milenia meluncurkan buku antologi puisi Lima Titik Nol: Masyarakat Cerdas dalam Puisi yang memuat 165 puisi dari 70 penyair dari berbagai kota di Indonesia, Ahad (27/3). Acara peluncuran buku itu dilaksanakan secara daring dengan host berada di BlueSky Hotel Raden Saleh, Jakarta. Ketua Jagat Sastra Milenia, Riri Satria, dalam sambutannya mengatakan, ide membuat buku itu lahir […]

      Mar 28, 2022

    POJOK PODCAST

    KULBIZ SESI 1.3
    By BigThinkersID Host Pinpin Bhaktiar
    Kulbiz adalah tentang kuliah ilmu bisnis secara komprehensif, relevan dan asik 😁🥳🚀🔥
    video
    play-sharp-fill

    Podcast Selengkapnya klik disini...

    Hide picture