
Pada tanggal 15 Januari 2025, Jagat Sastra Milenia bekerjasama dengan Dewan Kesenian Jakarta menggelar diskusi sastra bertajuk “Berkenalan dengan Marcel Proust dan Pengaruhnya.” Acara ini bertempat di Ruang Serbaguna Gedung Ali Sadikin lantai 14, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dan menghadirkan para penggiat sastra dari berbagai latar belakang.
Acara yang dipandu oleh Riri Satria, Ketua Jagat Sastra Milenia, ini menampilkan narasumber Retna Ariastuti, seorang penulis Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat. Selain itu, acara ini juga diisi dengan sesi pembacaan puisi dari beberapa penyair negeri ini, seperti Dhe Sundayana, Erna Winarish Wiyono, Nanang R. Supriyatin, Romy Sastra, Rissa Churria, dan Shantined.
Marcel Proust: Penulis Revolusioner dengan Karya Monumental
Marcel Proust, seorang novelis asal Prancis, dikenal melalui karya legendarisnya yang berjudul À la recherche du temps perdu (Dalam Pencarian Waktu yang Hilang). Novel ini, yang terdiri atas tujuh volume, tidak hanya menjadi salah satu karya sastra terpenting abad ke-20, tetapi juga memberikan pengaruh besar pada pendekatan sastra modern. Proust mengembangkan teknik naratif yang menekankan pada introspeksi mendalam, eksplorasi ingatan, dan pemahaman akan kompleksitas manusia.
Teori yang paling menonjol dalam karya Proust adalah tentang “ingatan tak disengaja” (mémoire involontaire), yang digambarkan melalui pengalaman tokoh utamanya saat mencicipi kue madeleine. Melalui pengalaman sederhana ini, kenangan masa kecil yang mendalam muncul, memberikan refleksi tentang bagaimana kenangan bekerja dalam struktur waktu.
Diskusi ini tidak hanya membahas kisah personal Proust dalam menulis, tetapi juga bagaimana konsep ingatan ini memengaruhi gaya narasi modern. Para peserta diajak memahami bagaimana karya Proust mencerminkan hubungan antara waktu, pengalaman, dan realitas.
Sumbangan Marcel Proust dalam Konteks Sastra Dunia
Retna Ariastuti, sebagai pembicara utama, menggarisbawahi bagaimana Marcel Proust memengaruhi sastrawan dunia. Dalam diskusi ini, ia memaparkan bahwa karya Proust memberikan jalan bagi sastrawan lain untuk memandang narasi sebagai alat penggalian emosi terdalam manusia.
Dalam konteks Indonesia, pengaruh Marcel Proust bisa dilihat pada karya-karya sastra yang menonjolkan elemen introspeksi dan penggalian sejarah pribadi. Beberapa penulis Indonesia yang karyanya sarat dengan elemen tersebut, seperti Nh. Dini dan Pramoedya Ananta Toer, dapat dibandingkan dengan pendekatan Proust dalam menciptakan narasi yang kaya akan ingatan dan refleksi.
Relevansi Marcel Proust di Era Modern
Dalam diskusi ini, juga dibahas bagaimana relevansi Proust tetap hidup di era modern. Banyak penulis kontemporer yang masih menggunakan teknik naratif introspektif dan memori tak disengaja dalam karya mereka. Retna Ariastuti menyoroti bahwa teknik ini relevan di era digital, di mana manusia sering kali terjebak dalam kecepatan informasi namun merindukan pengalaman personal yang mendalam.
Acara “Berkenalan dengan Marcel Proust dan Pengaruhnya” menjadi ajang penting dalam memahami kekayaan warisan sastra dunia dan bagaimana pengaruhnya merambah hingga ke ranah sastra Indonesia. Dengan melibatkan berbagai elemen, mulai dari diskusi mendalam hingga pembacaan puisi, acara ini memberikan wawasan baru bagi para pecinta sastra tentang pentingnya mengenang dan merefleksikan waktu yang telah berlalu melalui seni kata.
Bagi pecinta sastra, acara ini tidak hanya mengenalkan Marcel Proust sebagai figur penting dalam sejarah sastra dunia, tetapi juga mendorong diskusi tentang bagaimana ide-idenya terus relevan dalam perkembangan sastra Indonesia dan dunia.
Pembacaan Puisi: Sebuah Tribut terhadap Sastra
Selain diskusi mendalam, acara ini juga dihiasi oleh pembacaan puisi yang memberikan refleksi tentang pengaruh Proust dalam berbagai karya sastra. Nama-nama seperti Rissa Churria, Romy Sastra, dan Nanang R. Supriyatin menghadirkan puisi-puisi yang sarat makna. Setiap pembacaan mengangkat tema ingatan, perjalanan hidup, dan refleksi diri; hal yang sangat sejalan dengan semangat karya Proust.
Usulan dan tanggapan dari peserta diskusi, berharap diskusi-diskusi berkelas dan membahas soal kekaryaan Sastra Duni perlu dilanjutkan, dan tidak berhenti sampai di sini. Bergulir tiap saat, sehingga diskusi bergizi akan terus berlanjut untuk kekayaan khasanah pengetahuan dan pembanding karya para penulis yang hadir pada khususnya.
Semoga ruang Jabat Tangan salah satu program komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) akan terus berlanjut.
Narasumber Retna Ariastuti adalah penulis dwibahasa, Indonesia dan Inggris, mulai menulis fiksi pada tahun 2017 dan telah menyelesaikan naskah novel pertamanya yang berbahasa Inggris, Home Away. Sementara itu salah satu cerpen Tuti yang dimuat di SastraMedia berjudul Selendang Bersulam Putih berkisah tentang tokoh Mandeh Siti Manggopoh, seorang pahlawan perempuan dari Ranah Minang. Uniknya cerpen ini menggunakan beberapa kosakata khas Bahasa Minangkabau. Selain itu Tuti juga menulis dua esai mengenai pemikiran Marcel Proust.
Pada tahun 2018, Tuti tampil sebagai narasumber dalam temu wicara yang bertajuk “Bagaimana Karya Penulis Indonesia dapat Menembus Pasar Amerika”, di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.
Tuti lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, sekarang menetap di Corvallis, Oregon, Amerika Serikat, dan saat ini berkarir di sebuah perusahaan teknologi di kota tersebut di samping menekuni dunia penulisan. Tuti menamatkan Sarjana dan Magister di bidang Teknik Industri dari Institut Teknologi Bandung (ITB), serta S3 atau Ph.D di bidang Industrial Engineering dari Oregon State University (OSU), Oregon, AS.(Rissa Churria)
Sumber : WARTAJABAR.NET
Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 10 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, 1 buku Pedoman Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, 1 buku Esai, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.