Riri Satria
KATEGORI
  • Teknologi dan Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Naning Scheid dalam “Jabat Tangan” JSM: Membawa Kejeniusan Baudelaire ke Pembaca Indonesia

    BY 21 Nov 2024 Dilihat: 17 kali

    JAKARTA, majalahelipsis.com—Naning Scheid, seorang dosen, peneliti, penyair, dan penerjemah asal Indonesia yang telah lama menetap di Belgia, menjadi bintang tamu dalam program Jabat Tangan yang diselenggarakan Jagat Sastra Milenia (JSM).

    Dalam acara kali ini, Naning membawakan diskusi mendalam mengenai puisi Prancis klasik, terutama melalui buku terjemahannya yang terbaru, Les Fleurs du Mal (Bunga-bunga Iblis), karya Charles Baudelaire.

    Sebagai penerjemah yang telah lama menjembatani sastra Indonesia dengan dunia internasional, Naning Scheid dikenal luas berkat karyanya yang memperkenalkan karya-karya besar dunia ke pembaca Indonesia. Dalam kesempatan itu, ia berbagi pengalamannya dalam menerjemahkan puisi klasik Prancis, sebuah genre sastra yang terkenal dengan lapisan metafora, struktur yang rumit, serta emosi yang mendalam.

    Bagi Naning, menerjemahkan puisi klasik bukanlah sekadar memindahkan kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga mempertahankan ritme, semangat, dan keindahan asli puisi tersebut.

    “Puisi Prancis klasik adalah napas dari sebuah zaman. Dalam menerjemahkannya, kita harus menjaga keseimbangan antara kesetiaan terhadap teks asli dan kepekaan terhadap pembaca modern,” ujarnya dalam perbincangan yang berlangsung hangat.

    Dalam pertemuan tersebut, Naning memperkenalkan buku terjemahannya Les Fleurs du Mal (Bunga-bunga Iblis), karya monumental Baudelaire yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1857. Buku ini menjadi tonggak penting dalam sastra Prancis dan dianggap sebagai salah satu karya besar dalam sejarah puisi dunia. Dalam bukunya, Baudelaire mengeksplorasi tema-tema seperti cinta, kematian, kecemasan, dan sisi gelap manusia yang seringkali dianggap tabu.

    Naning menjelaskan bahwa Les Fleurs du Mal bukan hanya sekadar puisi tentang keindahan, tetapi juga menggali sisi gelap manusia, sesuatu yang kontroversial pada masanya.

    “Baudelaire menyajikan keindahan dalam keburukan, sesuatu yang dianggap tabu pada zamannya, namun tetap relevan hingga hari ini,” ungkapnya.

    Proses penerjemahan karya ini bagi Naning merupakan upaya untuk mendekatkan pembaca Indonesia dengan kejeniusan Baudelaire. Dalam setiap terjemahan, ia berusaha untuk mempertahankan intensitas dan kedalaman emosi yang menjadi ciri khas puisi-puisi Baudelaire.

    Diskusi berlanjut dengan Naning yang menggarisbawahi relevansi puisi-puisi klasik seperti karya Baudelaire untuk generasi masa kini.

    “Puisi seperti karya Baudelaire ini mengajarkan kita untuk menerima sisi terang dan gelap kehidupan, sesuatu yang sangat penting di tengah dunia yang serba instan ini,” tuturnya.

    Menerjemahkan puisi, menurutnya, lebih dari sekadar soal bahasa—ia juga tentang belajar memahami budaya, konteks sejarah, dan kehidupan sang penulis.

    Salah satu pertanyaan menarik datang dari Ketua JSM sekaligus pembawa acara, Riri Satria, yang menanyakan mengenai puisi-puisi dalam Les Fleurs du Mal yang sempat disensor oleh pemerintah Prancis.

    Naning menjelaskan bahwa enam puisi dalam buku tersebut dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Gereja pada saat itu, yang memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan pemerintah Prancis.

    Selain Bunga-bunga Iblis, Naning juga mempublikasikan buku Puisi Sebagai Autobiografi, yang berisi catatan-catatan pribadinya selama proses menerjemahkan karya Baudelaire. Buku ini memberikan pembaca wawasan lebih mendalam tentang tantangan dan pengalaman pribadi Naning dalam meresapi makna puisi klasik Prancis tersebut.

    Komitmen JSM untuk Sastra Bermakna

    Acara Jabat Tangan ini juga menegaskan komitmen JSM untuk terus menghadirkan diskusi sastra yang bermakna dan memperkaya wawasan pembaca Indonesia mengenai sastra dunia. Kehadiran Naning Scheid di acara ini memberikan kontribusi besar dalam memperkenalkan karya sastra internasional, sekaligus menginspirasi penulis dan pembaca Indonesia untuk terus menggali kekayaan karya lintas budaya.

    Dengan terjemahan Les Fleurs du Mal, Naning sekali lagi membuktikan bahwa sastra memiliki kekuatan untuk menjembatani perbedaan bahasa, budaya, dan generasi. Ia mengajak pembaca Indonesia untuk mendalami karya-karya Baudelaire, bukan hanya sebagai teks sastra, tetapi juga sebagai cermin refleksi kehidupan yang universal dan abadi. (Rissa Churria)

    Editor: Muhammad Subhan

    Sumber : Majalah Elipsis

    Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi - Pakar Teknologi Digital - Pengamat Ekonomi Digital - Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) - Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia - Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com - Penyair & Penulis - Pencinta Kopi

    Konten Populer

    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir kritis […]

      May 27, 2024
    • Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. Hari ini kita di […]

      May 20, 2024
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]

      May 03, 2024
    • Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]

      May 15, 2024
    • INFO PEMUATAN KARYA SASTRAMEDIA.COM EDISI MINGGU: 12 Mei 2024 “Erotika Kualasimpang yang Ganjil tak Bertu(h)an” SAJAK Kualasimpang – Raudal Tanjung Banua https://www.sastramedia.com/…/kualasimpang-raudal…   Tahun yang Ganjil – Arif Purnama Putra (Arif P. Putra) https://www.sastramedia.com/…/tahun-yang-ganjil-arif…   CERPEN Daerah Tak Bertu(h)an – Fakhrunnas MA Jabbar https://www.sastramedia.com/…/daerah-tak-bertuhan…   ESAI Erotika Sosial dalam Puisi-Puisi Aslan Abidin – Jusiman Dessirua […]

      May 12, 2024
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024
    • Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]

      Sep 03, 2022

    POJOK PODCAST

    Obrolan saya (narasumber) dengan Maudy Koesnaedi (host), soal penerapan immersive technology atau virtual reality untuk Museum, pada podcast Dinas Kebudayaan Jakarta 👍🥰☕

    video
    play-sharp-fill


    Podcast Selengkapnya klik disini...

    RECENT EVENT

    Dewan Komisaris dan Direksi ILCS melaksanakan Kunjungan Kerja ke Pelabuhan Tanjung Wangi

    Hide picture