Riri Satria
KATEGORI
  • Teknologi dan Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Sastra Sebagai Pengawal Perkembangan Peradaban

    BY 19 Nov 2024 Dilihat: 15 kali

    Oleh: Riri Satria

    PERADABAN MANUSIA di dunia ini terus berubah sejak zaman dahulu dan dunia sastra selalu memberikan respon terhadap perubahan itu dengan tujuan menjaga nilai-nilai manusiawi. Meski karya sastra seperti puisi misalnya, tidak akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tidak menemukan obat baru untuk berbagai penyakit, ataupun menciptakan teknologi canggih, namun puisi dan karya sastra pada umunya memiliki peran tak langsung yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia.

    Buat saya sastra bukan sekadar rangkaian kata yang indah dalam wujud puisi atau lainnya. Meskipun perkembangan peradaban modern didorong oleh sains dan teknologi, sastra diperlukan mengawal peradaban dengan cara-cara yang unik dan mendalam.

    Ketika terjadi revolusi industri pertama kali di Inggris pada kurun waktu 1760-1850, membawa perubahan peradaban manusia saat ini. Salah satu respons dunia sastra adalah novel karya penulis Inggris Charles Dickens berjudul Oliver Twist yang diterbitkan pada tahun 1838 yang menggambarkan bagaimana masyarakat terbelah menjadi kaum kapitalis atau borjuis serta kaum pekerja atau buruh, serta muncul banyak penyakit sosial di masyarakat lapisan bawah saat itu. Ini menunjukkan bagaimana karya sastra seperti Oliver Twist ikut serta mengawal perkembangan peradaban saat itu.

    Saya sependapat dengan Rosemarie Dombrowski seorang dosen sastra di Arizona State University, di mana dia pada tahun 2020 mengatakan bahwa poetry is a sociohistorical record of both facts and emotion, atau puisi adalah catatan sejarah yang berisikan fakta sekaligus suasana emosional yang terjadi pada masa itu. Jadi berbeda dengan sejarah pada umumnya, yang hanya merekam fakta sosial, maka puisi atau karya sastra pada umumnya juga dapat merekam fakta emosional, dan itulah yang kita tangkap dalam novel Oliver Twist.

    Saat ini dunia sudah memasuki era revolusi industri kelima yang dikenal dengan istilah industrial revolution 5.0 serta terbentuknya masyarakat cerdas atau smart society 5.0. Banyak sekali isu global yang dihadapi umat manusia saat ini dan ke depannya, seperti pembangunan berkelanjutan atau sustainable development untuk kesejahteraan manusia, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence serta robotika, human genome project dan rekayasa genetika, kelangkaan sumber daya alam, serta isu-isu benturan dan konflik sosial dan ekonomi. Dengan demikian, sastra tidak boleh steril dari semua isu itu. Sastra harus mampu menjadi pengawal nilai-nilai kemanusiaan kita dalam menghadapi semua tantangan tersebut.

    Teknologi, termasuk kecerdasan buatan atau AI berkembang adalah sebuah keniscayaan, tetapi manusia memiliki potensi yang jauh lebih besar karena dianugerahi kecerdasan oleh Tuhan. Namun jika manusia tidak mampu memaksimalkan potensi kecerdasannya, mereka bisa saja kalah bersaing dengan mesin, dan mereka yang tersingkir adalah mereka yang tidak mau berkembang, atau tidak mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sebagai anugerah Tuhan.

    Dalam ranah sastra, terjadi pergeseran penciptaan estetika ke arah meta estetika, di mana proses penciptaan karya sastra dilakukan mesin namun dikendalikan sastrawan melalui teknik prompting. Terjadi jembatan baru, yaitu namanya metaestetika atau tidak secara langsung menciptakan estetika itu sendiri.

    Perlu diingat bahwa meskipun teknologi terus berkembang, esensi kreativitas manusia tetaplah sesuatu yang unik dan tidak tergantikan. Tantangan ke depan adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi untuk memperkaya karya dan tetap mempertahankan kemanusiaan dalam setiap prosesnya.

    Satu hal lagi yang penting, pada era digital, siber, dan internet saat ini. Kita dapat dalam hitungan menit membuat dunia tercengang dalam dua bentuk ketika kita memposting sesuatu, baik karya kita atau apapun. Pertama, dunia bisa tercengang karena betapa hebatnya kita karena kita memposting “berlian” yang berkilau. Lalu kedua, dunia juga bisa tercengang melihat betapa konyolnya atau bodohnya kita, karena kita memposting “sampah” yang buat dunia sakit perut dan mual. Nah, kita termasuk yang mana ya?

    Buat saya pribadi, sastra adalah salah satu cara saya untuk menyeimbangkan diri dengan sisi lain kehidupan saya, yang sarat dengan teknologi, ekonomi, serta penelitian, yang penuh dengan rasionalitas terukur, angka-angka, rumus-rumus, analisis, prediksi, dan sebagainya. Sastra terutama puisi membawa saya untuk menyadari banyak fakta-fakta tak terlihat kasat mata, suara-suara tak terdengar, melakukan dialog batin dengan diri sendiri, serta membiarkan imajinasi berkelana ke mana saja, dan tentu saja mencoba untuk memahami Semesta dengan lebih baik.

    Saya sependapat dengan apa yang diungkapkan oleh Mary Ridgley dalam bukunya ‘Science and Poetry’: likewise science, poetry is also how to discover and understand the universe. Saya berkeyakinan bahwa sastra memang produk dari proses kreatif, mengandalkan imajinasi, namun bukan semata khayalan yang asal-asalan. Sastra adalah produk intelektual. Makanya, dalam beberapa hal, sastra itu memerlukan data, studi literatur, bahkan kalau perlu lakukan observasi lapangan, semacam riset seperlunya.

    Bedanya dengan sains, sastra itu menangkap suara-suara tersembunyi, fakta-fakta yang tak kasat mata, sesuatu di balik realita, yang hanya mampu ditangkap oleh ketajaman intuisi seorang sastrawan, diolah secara kreatif.

    Sains menyajikan pola-pola fakta empiris, sedangkan sastra menyajikan sesuatu yang tersirat di balik fakta empiris (beyond the facts). Ketika seorang sastrawan membahas hujan, dia tak menjelaskan hujan karena itu tugas ahli meterologi, namun dia menjelaskan pesan yang dia tangkap di balik suara hujan tersebut, itulah sastra, tugasnya menyentuh serta mengolah rasa.

    Science and technology are poetry, where science is the poetry of reality, technology is the poetry of innovation, and mathematics is the language. Terjemahannya kira-kira: ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) itu puitis, di mana ilmu pengetahuan adalah puisi dari realita kehidupan, teknologi adalah puisi dari inovasi, serta matematika adalah bahasanya.

    Karya sastra yang benar itu memiliki tingkat intelektual yang tinggi, bukan hal yang main-main, memiliki dampak dan pengaruh besar kepada sosial, kemanusiaan, kemasyarakatan, bahkan peradaban. Karya sastra yang hebat atau dahsyat itu diberikan Hadiah Nobel. Ini setara dengan berbagai sumbangsih manusia dalam bidang lain untuk kehidupan, yaitu setara dengan temuan atau terobosan di bidang ilmu fisika, ilmu kedokteran, ilmu ekonomi, serta perdamaian dunia. Hadiah Nobel adalah penghargaan internasional yang diberikan setiap tahun dalam berbagai kategori untuk menghargai pencapaian luar biasa di bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan perdamaian dunia. Hadiah Nobel diberikan dalam bidang Ilmu Fisika, Ilmu Kimia, Ilmu Kedokteran, Ilmu Ekonomi, Sastra, serta Perdamaian Dunia.

    Jadi sastra itu sangat bergengsi, sangat intelek, sangat dahsyat!Makanya dia berperan untuk mengawal perkembangan peradaban, dengan menyeimbangkan oleh pikir lewat sains dan teknologi, dengan olah rasa lewat ungkapan sastrawi(***)

    BIODATA

    RIRI SATRIA lahir di Padang, 14 Mei 1970. Puisinya sudah diterbitkan dalam empat buku puisi tunggal, yaitu Jendela (2016), Winter in Paris (2017), Siluet, Senja, dan Jingga (2019), Metaverse (2022), kumpulan puisi duet bersama Emi Suy berjudul Algoritma Kesunyian (2023), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya. Riri juga menulis esai yang dibukukan dalam Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis (2003), trilogi Proposisi Teman Ngopi (2021) yang terdiri tiga buku Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital, Pendidikan dan Pengembangan Diri, dan Sastra dan Masa Depan Puisi (2021), serta Jelajah (2022). Sehari-hari ia berkecimpung dalam dunia ekonomi dan transformasi digitalberprofesi sebagai dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital, Anggota Dewan Penasihat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), serta Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM).

    Ignatius Darmawan adalah lulusan Antropologi, Fakultas Sastra (kini FIB), Universitas Udayana, Bali. Sejak mahasiswa ia rajin menulis artikel dan mengadakan riset kecil-kecilan. Selain itu, ia gemar melukis dengan medium cat air. FB: Darmo Aja.

    Sumber : BALIPOLITIKA

    Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi - Pakar Teknologi Digital - Pengamat Ekonomi Digital - Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) - Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia - Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com - Penyair & Penulis - Pencinta Kopi

    Konten Populer

    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir kritis […]

      May 27, 2024
    • Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. Hari ini kita di […]

      May 20, 2024
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]

      May 03, 2024
    • Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]

      May 15, 2024
    • INFO PEMUATAN KARYA SASTRAMEDIA.COM EDISI MINGGU: 12 Mei 2024 “Erotika Kualasimpang yang Ganjil tak Bertu(h)an” SAJAK Kualasimpang – Raudal Tanjung Banua https://www.sastramedia.com/…/kualasimpang-raudal…   Tahun yang Ganjil – Arif Purnama Putra (Arif P. Putra) https://www.sastramedia.com/…/tahun-yang-ganjil-arif…   CERPEN Daerah Tak Bertu(h)an – Fakhrunnas MA Jabbar https://www.sastramedia.com/…/daerah-tak-bertuhan…   ESAI Erotika Sosial dalam Puisi-Puisi Aslan Abidin – Jusiman Dessirua […]

      May 12, 2024
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024
    • Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]

      Sep 03, 2022

    POJOK PODCAST

    Obrolan saya (narasumber) dengan Maudy Koesnaedi (host), soal penerapan immersive technology atau virtual reality untuk Museum, pada podcast Dinas Kebudayaan Jakarta 👍🥰☕

    video
    play-sharp-fill


    Podcast Selengkapnya klik disini...

    RECENT EVENT

    Dewan Komisaris dan Direksi ILCS melaksanakan Kunjungan Kerja ke Pelabuhan Tanjung Wangi

    Hide picture