Riri Satria
KATEGORI
  • Teknologi dan Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Naning Scheid : Memaknai Puisi Prancis Klasik di Program Jabat Tangan JSM

    BY 18 Nov 2024 Dilihat: 27 kali

    Oleh : Rissa Churria *)

    Naning Scheid seorang dosen, peneliti, penyair, esais, dan penerjemah asal Indonesia yang telah menetap di Belgia selama bertahun-tahun, menjadi tamu dalam program Jabat Tangan, salah satu segmen program Jagat Sastra Milenia (JSM). Kehadirannya kali ini menghadirkan diskusi mendalam mengenai puisi Prancis klasik dan peluncuran buku terjemahannya yang terbaru, Les Fleurs du Mal atau The Flowers of Evil (terjemahan Bahasa Inggris), karya Charles Baudelaire yang diterjemahkan menjadi Bunga-bunga Iblis oleh Naning. Naning menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonnesia langsung dari sumber aslinya, yaitu buku yang berbahasa Prancis.

    Naning Scheid dikenal luas atas kiprahnya dalam menjembatani sastra Indonesia dengan dunia internasional, khususnya melalui karyanya sebagai penerjemah. Dalam perbincangannya, Naning berbagi pengalaman dan tantangan dalam menerjemahkan puisi Prancis klasik, sebuah genre yang dikenal kaya akan metafora, struktur, dan lapisan emosi yang kompleks.

    Menurut Naning, menerjemahkan puisi klasik tidak sekadar memindahkan kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga  membawa semangat, ritme, dan keindahan aslinya ke dalam bahasa baru. "Puisi Prancis klasik adalah napas dari sebuah zaman. Dalam menerjemahkannya, kita harus menjaga keseimbangan antara kesetiaan terhadap teks asli dan kepekaan terhadap pembaca modern," ujarnya.

    Pada kesempatan tersebut, Naning memperkenalkan buku terjemahannya, Les Fleurs du Mal atau Bunga-bunga Iblis. Buku puisi karya Charles Baudelaire ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1857 dan dikenal sebagai salah satu karya monumental dalam sastra Prancis.

    Selain itu Naning juga menulis buku Puisi Sebagai Autobiografi berisikan kumpulan catatannya ketika dalam proses menerjemahkan buku Les Fleurs du Mal .

    Naning menjelaskan bahwa Les Fleurs du Mal tidak hanya menyoroti tema-tema seperti cinta, kematian, dan kecemasan, tetapi juga mengeksplorasi sisi gelap manusia yang seringkali dianggap tabu. "Baudelaire menyajikan keindahan dalam keburukan, sesuatu yang kontroversial pada zamannya, tetapi tetap relevan hingga hari ini," ungkapnya.

    Buku terjemahan ini menjadi upaya Naning untuk membawa pembaca Indonesia lebih dekat dengan kejeniusan Baudelaire, sekaligus memberikan konteks sejarah dan budaya yang melingkupi karya tersebut. Dalam proses penerjemahan, ia berusaha menjaga intensitas dan kedalaman emosi yang menjadi ciri khas puisi-puisi Baudelaire.

    Dalam diskusi yang berlangsung hangat, Naning menggarisbawahi relevansi puisi klasik bagi generasi masa kini. Ia menyebut bahwa meskipun puisi-puisi tersebut ditulis dalam konteks zaman yang berbeda, tema-tema universal seperti cinta, kehilangan, dan eksistensi tetap relevan. Menterjemahkan tidak sekadar menterjemahkan, akan tetapi selain belajar bahasa, linguistik, budaya, dan lain sebagainya yang bersinggungan dengan puisi, entitas dan latar belakang penulis.

    "Puisi seperti karya Baudelaire ini mengajarkan kita untuk menerima sisi terang dan gelap kehidupan, sesuatu yang penting di tengah dunia yang serba instan," tuturnya.

    Pertanyaan enarik diajukan oleh Bang Riri Satria yang memandu jalannya diskusi, "Mengapa ada puisi karya Baudelaire pada buku tersebut yang disensor pemerintah Prancis saat itu?"

    Naning menjelaskan bahwa saat itu keenam puisi tersebut dianggap bertentengan dengan Gereja, sehingag dianggap sebagai hal yang harus diberangus. Saat itu Gereja masih memegang peranan penting dalam rezim pemerintahan Prancis.

    Acara Jabat Tangan kali ini menegaskan komitmen JSM untuk menghadirkan diskusi-diskusi sastra yang bermakna dan mendalam. Kehadiran Naning Scheid bukan hanya memperkaya wawasan tentang sastra Prancis, tetapi juga menginspirasi penulis dan pembaca di Indonesia untuk terus menggali karya-karya lintas budaya.

    Dengan  terjemahan Les Fleurs du Mal, Naning Scheid sekali lagi membuktikan bahwa sastra memiliki kekuatan untuk menjembatani perbedaan bahasa, budaya, dan generasi. Ia mengajak pembaca Indonesia untuk mendalami karya-karya Baudelaire, bukan hanya sebagai teks sastra, tetapi sebagai cermin refleksi kehidupan yang universal dan abadi.

    Salam sastra, salam budaya, salam literasi. Semangat dan bahagia.(*)

    Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi - Pakar Teknologi Digital - Pengamat Ekonomi Digital - Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) - Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia - Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com - Penyair & Penulis - Pencinta Kopi

    Konten Populer

    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir kritis […]

      May 27, 2024
    • Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. Hari ini kita di […]

      May 20, 2024
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]

      May 03, 2024
    • Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]

      May 15, 2024
    • INFO PEMUATAN KARYA SASTRAMEDIA.COM EDISI MINGGU: 12 Mei 2024 “Erotika Kualasimpang yang Ganjil tak Bertu(h)an” SAJAK Kualasimpang – Raudal Tanjung Banua https://www.sastramedia.com/…/kualasimpang-raudal…   Tahun yang Ganjil – Arif Purnama Putra (Arif P. Putra) https://www.sastramedia.com/…/tahun-yang-ganjil-arif…   CERPEN Daerah Tak Bertu(h)an – Fakhrunnas MA Jabbar https://www.sastramedia.com/…/daerah-tak-bertuhan…   ESAI Erotika Sosial dalam Puisi-Puisi Aslan Abidin – Jusiman Dessirua […]

      May 12, 2024
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024
    • Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]

      Sep 03, 2022

    POJOK PODCAST

    Obrolan saya (narasumber) dengan Maudy Koesnaedi (host), soal penerapan immersive technology atau virtual reality untuk Museum, pada podcast Dinas Kebudayaan Jakarta 👍🥰☕

    video
    play-sharp-fill


    Podcast Selengkapnya klik disini...

    RECENT EVENT

    Dewan Komisaris dan Direksi ILCS melaksanakan Kunjungan Kerja ke Pelabuhan Tanjung Wangi

    Hide picture