Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
JAMBI, majalahelipsis.com—Setelah sukses dengan program residensi penulis ke situs-situs cagar budaya di Kerinci dan Sungai Penuh tahun lalu, Yayasan Pusat Kebudayaan Jambi kembali menggelar Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) 2024. Acara ini berlangsung dari tanggal 14—17 Oktober di Taman Budaya Jambi.
Festival ini menghadirkan berbagai narasumber, mulai dari akademisi, budayawan, hingga penulis nasional. Rangkaian acara meliputi pertunjukan seni tradisi rumpun Melayu dari enam provinsi di Indonesia, diskusi manuskrip Melayu, cerita anak berbasis kearifan lokal, hingga topik hangat seperti “Artificial Intelligence dan Masa Depan Sastra”.
Tidak hanya itu, festival ini juga menyediakan pelatihan menulis esai, feature, dan cerita pendek.
Salah satu sesi paling dinantikan adalah diskusi bertajuk “Artificial Intelligence dan Masa Depan Sastra” yang digelar pada Rabu (16/10/ 2024) di Teater Arena Taman Budaya Jambi. Topik ini menarik perhatian para akademisi dan pelaku kreatif karena AI kian berpengaruh dalam berbagai bidang, termasuk sastra.
Riri Satria, salah satu pembicara dalam diskusi ini, menyampaikan pandangannya tentang perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap dunia sastra. Sebagai Pakar Transformasi Teknologi Digital, Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia, dan penulis buku puisi seperti Winter in Paris dan Algoritma Kesunyian, Riri menekankan pentingnya menjaga kreativitas manusia dalam menghadapi AI.
“Kita harus membuka ruang-ruang kreativitas baru yang tidak bisa digantikan oleh mesin,” ungkap Riri. “Teknologi AI memang menantang, namun ini adalah kesempatan untuk mempertegas peran manusia dan mesin. Tantangan ini bukan hanya teknis, tetapi juga etis. Misalnya, apakah puisi yang dihasilkan oleh mesin tetap bisa disebut puisi? Bagaimana dengan etika penggunaan AI dalam penciptaan sastra?”
Menurut Riri, diskusi ini bukan tentang menolak teknologi, tetapi tentang bagaimana manusia bisa memanfaatkan AI secara bijak. Ia menggarisbawahi bahwa manusia tetap lebih unggul dalam hal kreativitas dan inovasi.
“Prinsipnya, mesin harus belajar dari manusia, bukan sebaliknya,” tambahnya.
Riri juga mengaitkan perkembangan AI dengan konsep High-Order Thinking Skills (HOTS), yang meliputi kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif.
“AI mungkin bisa menghafal atau mengingat (LOTS), tetapi untuk berpikir di tingkat tinggi seperti menganalisis dan mencipta, masih dibutuhkan kecerdasan manusia,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa tantangan AI ini harus dihadapi dengan memaksimalkan HOTS sejak dini, terutama dalam pendidikan.
Menurutnya, jika manusia mampu mengasah keterampilan berpikir yang lebih tinggi, AI justru bisa menjadi alat bantu untuk meningkatkan produktivitas.
Menjaga Kualitas Sastra di Era Digital
Riri juga membahas dampak teknologi digital terhadap dunia sastra, khususnya dalam distribusi karya.
“Saat ini, dengan internet, dalam hitungan detik, tulisan kita bisa dibaca oleh ribuan orang di seluruh dunia. Namun, penting bagi penulis untuk tetap menjaga kualitas tulisannya,” katanya.
Ia menyoroti bahwa teknologi digital membuka peluang besar, tetapi juga menghadirkan tantangan.
“Tulisan yang buruk akan cepat merusak reputasi penulis, karena itu penting menjaga kualitas tulisan. Dalam dunia perpuisian, baik digital maupun cetak, tetap dibutuhkan kurator sebagai proses quality control,” tambahnya.
Riri juga mengingatkan bahwa media sosial saat ini seperti buku harian besar yang bisa berisi apa saja, mulai dari ilmu pengetahuan hingga hoaks. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan proses yang bisa mengawal kualitas tulisan yang tersebar di dunia digital.
AI sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti
Dalam penutup pernyataannya, Riri kembali menegaskan bahwa AI harus dipandang sebagai alat bantu, bukan pengganti kreativitas manusia.
“Manusia tetap lebih cerdas dan kreatif daripada mesin, kecuali kalau tidak mau belajar,” tegasnya.
Menurutnya, kunci untuk tetap unggul dalam era AI adalah terus belajar dan mengasah kemampuan berpikir kreatif.
Riri juga mengutip kata-kata Imam Syafii untuk memperkuat pesannya: “Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan.” Baginya, jika seseorang berhenti belajar, mereka berisiko dikalahkan oleh teknologi, termasuk AI.
Selain membahas AI, Riri juga melihat perkembangan teknologi digital sebagai peluang besar dalam dunia sastra.
Menurutnya, internet telah mengubah cara karya sastra disebarkan dan dibaca, memberikan akses yang lebih luas bagi penulis dan pembaca di seluruh dunia.
Namun, ia juga menekankan bahwa dengan kemudahan ini, tanggung jawab untuk menjaga kualitas tulisan menjadi semakin penting.
Riri Satria melihat perkembangan teknologi—termasuk AI—sebagai tantangan sekaligus peluang besar bagi dunia sastra.
“Kita harus menyikapi teknologi dengan arif dan bijaksana, sambil terus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap karya yang kita ciptakan,” pungkasnya di hadapan 180 peserta yang sebagian besar penulis, dosen, guru, mahasiswa, siswa, dan wartawan itu.
Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi | Pakar Teknologi Digital | Pengamat Ekonomi Digital | Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) | Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) | Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia | Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com | Penyair & Penulis | Pencinta Kopi
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir […]
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
oleh: Riri Satria Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]
Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]
Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]
Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]
Komunitas Jagat Sastra Milenia meluncurkan buku antologi puisi Lima Titik Nol: Masyarakat Cerdas dalam Puisi yang memuat 165 puisi dari 70 penyair dari berbagai kota di Indonesia, Ahad (27/3). Acara peluncuran buku itu dilaksanakan secara daring dengan host berada di BlueSky Hotel Raden Saleh, Jakarta. Ketua Jagat Sastra Milenia, Riri Satria, dalam sambutannya mengatakan, ide membuat buku itu lahir […]