Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
Oleh Martha Sinaga
Jakarta, NextID – Keseimbangan alam perjalanan hidup tentu dibutuhkan. Dengan keberadaan seperti itu akan terasa jiwa dan pikir dipersatukan oleh napas Tuhan. Keseimbangan antara pengetahuan dan rasa,juga keseimbangan antara kata dan makna, juga keseimbangan antara percaya ke-Esaannya dan semua ciptaan-Nya. Yang tak terpungkiri adalah ketika seseorang memiliki pengetahuan, sama artinya manusia itu mengerti tujuan yang benar dan salah, paham akan hal yang mulia dan yang hina.
Nah, kira-kira keseimbangan semacam itulah yang dibicarakan penyair Riri Satria di suatu siang. Bincang dengan Riri, begitu ia akrab dipanggil berlangsung tak kurang dari satu jam. Lelaki kelahiran Padang 14 Mei 1970 itu diketahui sebagai Komisaris Utama di sebuah BUMN, tepatnya PT Intregrasi Logistik Cipta Solusi (ILLS). Ia jebolan Universitas Indonesia (UI). Tingkat doktoral diselesaikan di Paris School of Business Paris, Perancis.
JIka dilihat dari dispilin ilmunya, lalu kenapa ia dikenal juga sebagai penyair yang telah menghasilkan beberapa buku kumpulan puisi. Duh. Jomplang ya? “Gak juga, karena itu memang keseimbangan yang saya rasakan. Sebelum kuliah, ketika itu saya masih SMA di Padang saya sudah menulis larik-larik puisi. Puisi itu rasa sih ya. Dan aku suka,” kisahnya dengan raut wajah serius.
Riri lantas mengeluarkan beberapa buku yang ditulisnya. Baik buku yang ditulis sendiri, juga ketika ia berduet dengan penyair dalam sebuah buku kumpulan puisi. Sebut saja buku itu berjudul Algoritma Kesunyian. Penerbit Teresia. Terbit perdana pada tahun 2023. Sebelumnya di tahun 2022 ia menulis kumpulan 52 puisi yang diberi judul Metaverse. Merupakan Buku Kumpulan Puisi ke empat Riri Satria. Ketika usianya bertambah, ia menerima buku yang merupakan testimoni dari kerabat dan sahabat. Buku itu lantas diberi judul Apresiator. Lelaki yang sering terlihat di panggung sastra ini juga mengupas soal pendidikan dan pengembangan diri, di samping soal ekonomi, bisnis dan digital.
Dalam karirnya sebagai pengajar, pembicara dan nara sumber ada yang menggelitik untuk disimak. Ya itu tadi soal penulisan puisi. Kenapa menulis puisi? Itu pada akhirnya pertanyaan yang meluncur untuknya. “Dengan berpuisi atau menulis puisi itu ada rasa down to earth, hal yang lepas dari materi, lebih banyak pengasahan rasa, selanjutnya memiliki banyak teman,” begitu alasannya mengapa suka bersastra.
Tapi menulis tak semata hanya menciptakan keseimbangan dalam hidup kan? Ehm, atau lebih jauh menulis buku puisi bukan hanya untuk kalangan tertentu yang memahami, mengingat saat ini berbagai disiplin ilmu bergerak secara global. “Oh ya pasti. Garis tangan dan paradigma masing-masing penyair diharapkan memberikan value kepada kehidupan. Karya Rendra misalnya. Ia, gak tinggi-tinggi amat pendidikannya, namun karyanya mencerminkan kejadian yang maha luas. Bener-bener melengkapi wacana hidup, “ tegasnya.
Ketika disinggung bahwa penulis puisi di negeri ini belum bisa hidup dari karya puisinya, pendiri sekaligus Ketua Komunikasi Jagat Sastra Milenia (JSM) menjawab, “ OK itu antara lain karena ada masalah dengan kurikulumnya. Fakultas Budaya di Jurusan Sastra lebih ingin mencetak kritikus sastra daripada mempersiapkan menjadi penyair-penyair hebat, yang pada akhirnya karya puisi itu tersebar di banyak kalangan. Ini yang belum terlihat, apalagi kita rasakan. Itu kan kenyataannya.”
Padahal kata dia ilmu kesusastraan sama hebatnya dengan ilmu-ilmu yang lain. Bahkan dikatakan dunia membutuhkan kesusasteraan. Itu sebabnya, ada nobel kesusastraan yang sama dan sederajat dengan penghargaan untuk ilmu yang lainnya. Selanjutnya, ia setuju jika ada filsuf yang berpendapat jika di sebuah negara ilmu kesustraannya lesu maka negara itu dalam ambang kehancuran. “Ya, ya. Karya puisi itu merupakan keseimbangan antara pikiran dan hati. Kesamaan rasa yang utuh dan itu diaduk di hati yang menulisnya. Puisi itu rasa. Nah, kesimbangan hidup bagaimana jika pada akhirnya manusia gak lagi punya rasa,” demikian Riri Satria.
Puisi Cinta dan Cinta Puisi
Ketika SMA ia sudah menulis puisi. Selain memiliki beberapa buku puisi yang berhasil ditulisnya hingga kini dia mengaku telah menulis 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya. Menilik pikiran dan rasa, seorang Riri yang lebih menekankan keberadaan manusia di dunia, plus menekankan sisi kemanusiaan, martabat dan keluhuran manusia sebagai mahluk Tuhan, kental terasa dalam bait puisinya…
Kita dan Semesta
cuplikan baitnya……
Entah berupa jumlah bintang di jagat raya
Pusaran galaksi pun tak berhingga
Kita tak bisa menembus dinding Planck
Tapi kita mengikuti tarian Fritjof Capra
Bebas meliuk di semua penjuru semesta…
(Jakarta, 10 Februari 2019)
Puisi beraura cinta pun kental dalam karya Riri, seperti di
Sepotong Cinta di Langit Halunisasi
Cinta itu abstrak!
Warna tak beraturan
gerak acak tak terduga
tak ada bingkai tak ada garis
Cinta itu liar!
………
……..
Cintaku adalah khayalku
Cintamu adalah khayalmu
pun bertemu di semesta khayal
… tak perlu kau pahami
inilah sepotong kisah cintaku
di bawah langit halusinasi
kita pun menyatu
(Cibubur – 17 April 2015)
Penelaahan Inti Kehidupan
Plato, filsuf besar pelopor idealisme, dengan semangat membahas cinta dalam tulisannya yang bertitel Symposium, berkomentar, “Siapakah yang tak terharu oleh cinta berarti berjalan dalam gelap gulita.” Banyak filsuf berpendapat bahwa cinta sebagai kekuatan kreatif yang bekerja dalam dunia. Henry Bergson, Iqbal dan Rumi mengakui hal itu. Ehm, perenungan terhadap topik cinta dalam bait puisi, tentu akan menyandarkan diri kepada penelaahan inti kehidupan.
Makanya tak heran jika pemikir, filsuf sampai seniman dan sastrawan, plus teolog membicarakan, lantas mengkaji dan membahas cinta, baik dalam bentuk roman, puisi, syair sampai tulisan ilmiah bercorak psikologis, sosiologis maupun fenomenologis. “Ya benar. Cinta itu kan bukan hanya bicara sejarahnya, atau kisah cinta, namun terpenting adalah pesan atau esensi dari cinta itu. Dan itu bisa dirasakan orang lain,“ begitu pendapat Riri.
Esensi itu yang menjadi salah satu alasan Riri Satria menghadirkan larik-lari puisinya bernuansa cinta dan selanjutnya menjadi jawaban mengapa ia mencintai puisi. Dalam bentuk apapun cinta dirasakan. Dalam cara apapun, bahkan dalam tingkat apapun. Itu adalah bagian yang kecil dari cinta Ilahiah. Bukan begitu Bang Riri Satria?
Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi - Pakar Teknologi Digital - Pengamat Ekonomi Digital - Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) - Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia - Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com - Penyair & Penulis - Pencinta Kopi
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir kritis […]
Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. Hari ini kita di […]
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]
Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]
INFO PEMUATAN KARYA SASTRAMEDIA.COM EDISI MINGGU: 12 Mei 2024 “Erotika Kualasimpang yang Ganjil tak Bertu(h)an” SAJAK Kualasimpang – Raudal Tanjung Banua https://www.sastramedia.com/…/kualasimpang-raudal… Tahun yang Ganjil – Arif Purnama Putra (Arif P. Putra) https://www.sastramedia.com/…/tahun-yang-ganjil-arif… CERPEN Daerah Tak Bertu(h)an – Fakhrunnas MA Jabbar https://www.sastramedia.com/…/daerah-tak-bertuhan… ESAI Erotika Sosial dalam Puisi-Puisi Aslan Abidin – Jusiman Dessirua […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]
Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]
Obrolan saya (narasumber) dengan Maudy Koesnaedi (host), soal penerapan immersive technology atau virtual reality untuk Museum, pada podcast Dinas Kebudayaan Jakarta