Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
Oleh Rissa Churria
SEBUAH acara Hajatan Puisi digelar di Bekasi Timur dengan tema Berkhalwat di Bekasi, Ahad, 8 September 2024. Acara yang dihadiri oleh banyak pecinta sastra terutama puisi ini menghadirkan salah satunya Riri Satria sebagai narasumber, yang membedah karya-karya Sofyan RH Zaid, seorang penyair yang telah menorehkan cukup banyak pengaruh melalui puisinya.
Ini terjadi karena Sofyan juga sering menjadi narasumber acara pembahasan puisi serta kurator pada berbagai festival dan penyusunan buku antologi puisi. Dengan demikian pengaruh Sofyan cukup terasa di kalangan penyair, terutama penyair muda di Indonesia.
Di sisi lain, Riri Satria, seorang sastrawan sekaligus Ketua Jagat Sastra Milania dan ahli teknologi digital serta ekonomi bisnis, memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana puisi dapat mengawal peradaban manusia meski tidak secara langsung terlihat berperan dalam bidang teknologi atau ekonomi.
Puisi dan Peradaban: Di Antara Peran yang Tak Terlihat
Riri Satria mengungkapkan bahwa puisi, meski tidak meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tidak menemukan obat baru untuk berbagai penyakit, ataupun menciptakan teknologi canggih, memiliki peran tak langsung yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia. Riri mengingatkan bahwa puisi bukan sekadar rangkaian kata yang indah. Meskipun perkembangan peradaban modern didorong oleh teknologi dan sains, puisi mengawal peradaban dengan cara-cara yang unik dan mendalam.
“Kenapa orang teknologi pun turut mengawal puisi?” Riri Satria menyampaikan pertanyaan menggelitik ini sebagai landasan pertama dalam membedah tema Khalwat. Menurutnya, puisi menjadi penjaga nilai-nilai moral, spiritual, dan budaya yang menjadi dasar dari peradaban itu sendiri.
Seperti saat revolusi di Inggris pertama di abad ke-19, di mana karya-karya sastra turut serta menginspirasi perubahan sosial dan politik, novel seperti A Tale of Two Cities atau Olver Teist karya Charles Dickens menjadi saksi sejarah tentang bagaimana sastra mampu menggugah dan membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi sosial mereka.
Di sini letak keunikan seeorang Riri Satria. Walaupun memiliki latar belakang di bidang teknologi digital dan manajemen bisnis, namun memiliki wawasan sastra terutama puisi yang baik, bahkan sangat mengapresiasi karya sastra terutama puisi.
“Menurut saya, matematika, algoritma, dan puisi memiliki sebuah kesamaan, yaitu sama-sama merepresentasikan situasi yang kompleks dengan simbol (tulisan dan tanda) yang sederhana” demikian ungkapan yang selalu disampaikan oleh Riri Satria yang juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia itu.
Contrasting: Menggali Gaya Bahasa Sofyan RH Zaid
Dalam sesi pembahasan yang lebih mendalam, Riri Satria juga mengangkat fenomena contrastingdalam karya Sofyan RH Zaid. Ia menjelaskan bahwa Sofyan sering menggunakan gaya bahasa yang mengkontraskan elemen-elemen dalam puisinya, seperti ungkapan “Maha Pemaksa dan Pengasih.” Ini adalah bentuk yang sangat khas dari karya Sofyan, di mana Dia menantang pembaca untuk merenungkan makna-makna yang tersembunyi dalam kontras-kontras tersebut. Menurut Riri Satria, sesuatu sangat terlihat jelas apabila dikasih latar belakang atau pebanding yang kontras.
Di mata seorang Riri Satria, Sofyan merupakan penyair yang tidak hanya menulis puisi, tetapi juga mengajak pembaca untuk memahami hal yang lebih mendalam seperti filsafat di balik kata-katanya, sesuai dengan latar belakang pendidikan Sofyan di bidang Ilmu Silsafat dari Uniuversitas Paramadina. Dalam banyak karyanya, Sofyan memanfaatkan gaya bahasa kontras, yang menjadi ciri khas dari pendekatannya terhadap puisi. Memang setiap penyair memiliki gaya atau ciri khas tersendiri dalam mengkonstruksi bahasanya puisinya. Ini menggambarkan bahwa seorang penyair memiliki pendekatan yang unik masing-masing dalam menyampaikan pesan, seperti halnya WS Rendra yang terkenal dengan gaya meledak-ledak dalam puisinya.
Menurut Riri, semakin sering kita mendalami gaya bahasa dalam karya Sofyan, semakin kita memahami kedalaman puisi-puisinya. Bukan hanya soal keindahan bahasa, tetapi juga tentang bagaimana puisi bisa menggugah kesadaran manusia secara emosional dan intelektual. Itu intinya kata Riri Satria dalam penelasannya.
Khalwat: Karya yang Layak Dibaca Masyarakat
Buku Khalwat karya Sofyan RH Zaid menjadi pusat perhatian dalam diskusi ini. Menurut Riri, buku ini tidak hanya layak dibaca oleh masyarakat luas, tetapi juga penting untuk diresapi nilai-nilainya.
“Puisi dalam Khalwat memiliki daya gugah yang sangat tinggi, membawa pembaca pada perenungan tentang spiritualitas, eksistensi, dan kehidupan,” ungkap Riri Satria.
Mengutip Riri, “Langit akan terlihat cahayanya ketika semakin kelam.” Ungkapan ini merefleksikan bagaimana karya-karya Sofyan, yang menggunakan gaya bahasa yang tidak biasa, mampu memberikan kesadaran pembaca di tengah-tengah kegelapan kehidupan modern karena puisinya sebenarnya berbentuk kontenplatif.
“Sofyan menggunakan puisi sebagai medium untuk berkomunikasi dengan pembaca, menggugah mereka untuk merenungkan makna di balik kata-kata dan metafora yang ia sajikan.” demikian Riri Satria mengahiri penjelasannya.
Saya sependapat dengan pemikiran Riri Satria yang seperti biasa tampil efektif dan efisien, tidak bertele-tele, to the point, bahwa Acara Hajatan Puisi di Bekasi ini bukan hanya sekadar diskusi tentang karya sastra terutama buku puisi Khalwat, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang bagaimana puisi memiliki kekuatan untuk mempengaruhi peradaban manusia.
Riri Satria, dengan pengalamannya yang luas dalam dunia sastra seekaligus di dunia teknologi dan ekonomi, menyoroti betapa pentingnya karya Sofyan RH Zaid dalam memelihara nilai-nilai kemanusiaan di tengah perkembangan zaman yang terus berubah.
Lagi-lagi saya sependapat dengan ungkapan Riri Satria, bahwa puisi bisa saa tidak memberikan dampak langsung pada ekonomi atau teknologi, tetapi puisi adalah pengawal senyap yang menjaga esensi atau sisi kekanusiaan peradaban manusia itu sendiri.
Bahkan enurut saya, Riri satria pun secara tak sengaja juga melakukan contrasting dalam pemikirannya, yaitu mengkontraskan antara puisi sebagaiu penjaga nurani kemanusiaan dengan perkembangan zaman yang sarat dengan teknologi baru seperti dunia siber serta kecerdasan buatan atau artificial intelligence.
Melalui Khalwat, Sofyan RH Zaid telah menunjukkan bahwa puisi adalah bentuk komunikasi yang mampu melampaui batas-batas bahasa dan waktu, membawa pesan-pesan yang relevan bagi setiap generasi.
Menurut saya ini adalah sebuah forum diskusi yang singkat, namun bermakna sangat dalam.
Bekasi, 8 September 2024
Rissa Churria
Sumber : Majalah Elipsis
Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi - Pakar Teknologi Digital - Pengamat Ekonomi Digital - Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) - Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia - Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com - Penyair & Penulis - Pencinta Kopi
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir kritis […]
Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. Hari ini kita di […]
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]
Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]
INFO PEMUATAN KARYA SASTRAMEDIA.COM EDISI MINGGU: 12 Mei 2024 “Erotika Kualasimpang yang Ganjil tak Bertu(h)an” SAJAK Kualasimpang – Raudal Tanjung Banua https://www.sastramedia.com/…/kualasimpang-raudal… Tahun yang Ganjil – Arif Purnama Putra (Arif P. Putra) https://www.sastramedia.com/…/tahun-yang-ganjil-arif… CERPEN Daerah Tak Bertu(h)an – Fakhrunnas MA Jabbar https://www.sastramedia.com/…/daerah-tak-bertuhan… ESAI Erotika Sosial dalam Puisi-Puisi Aslan Abidin – Jusiman Dessirua […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]
Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]
Obrolan saya (narasumber) dengan Maudy Koesnaedi (host), soal penerapan immersive technology atau virtual reality untuk Museum, pada podcast Dinas Kebudayaan Jakarta