Riri Satria
KATEGORI
  • Teknologi dan Transformasi Digital
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Sastra (Puisi dan Esai)
  • Apa Kata Media?
  • Apa Kata Sahabat?
  • Penyair Harus Buka Ruang Kreativitas Baru Hadapi Badai Disrupsi Kecerdasan Buatan

    BY 27 Feb 2024 Dilihat: 86 kali

    Apa yang harus dilakukan penyair dan bagaimana masa depan puisi di tengah amuk gelombang badai disrupsi kecerdasan buatan (AI) yang dampaknya terus meluas dan tanpa batas saat ini?

    Masihkah puisi menjadi sesuatu yang menarik ketika kerja-kerja kreatif seorang penyair dalam sekejap dapat diambil alih oleh mesin?

    Pengamat Teknologi dan Transformasi Digital, Riri Satria, menjawab pertanyaan itu tegas bahwa penyair harus membuka ruang-ruang kreativitas baru yang merupakan keunggulan manusia yang tak pernah bisa tergantikan oleh mesin.


    “Mesinlah nanti yang akan belajar kepada para penyair seperti halnya GPT-2 yang belajar kepada puisi karya Robert Frost, Emily Dickinson, serta Whitman. Inilah pentingnya memaksimalkan HOTS (Hight Order Thingking Skills). Namun, untuk para penyair yang tidak mampu memaksimalkan HOTS dan merasa sudah nyaman dengan HOTS, maka lama kelamaan posisinya akan digantikan oleh mesin yang bernama AI (artificial intelligence),” ujar Riri Satria saat memberikan Orasi Budaya bertajuk “Dunia Perpuisian di Era Kecerdasan Buatan: Tantangan Masa Depan Penyair dan Apa yang Harus Dilakukan?” pada Peringatan 88 Tahun Sastrawan Indonesia asal Sumatra Barat, “Papa” Rusli Marzuki Saria, Selasa (27/2/2024), di Hotel Daima, Jalan Sudirman, Kota Padang.

    Orasi itu disampaikan Riri Satria dalam rangka memenuhi undangan Komunitas Pemerhati Sumbar (KAPAS) dan Himpunan Media Sumbar (HAMAS) yang merayakan ulang tahun “Papa” Rusli Marzuki Saria sebagai sastrawan sepuh yang karya-karyanya mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi, salah satunya SEA Write Award 2017 dari Kerajaan Thailand.

    Riri Satria yang juga penyair, ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia, dan Pemimpin Umum Jurnal Sastramedia.com menjelaskan, kecerdasan buatan (AI) itu adalah buatan, bukan kecerdasan hakiki yang dimiliki manusia. Dengan demikian, tetap manusia yang memegang kendali, manusia yang mengatur dengan memaksimalkan HOTS.

    “Manusia itu adalah subyek, bukan obyek. Namun, masalah akan mendatangi manusia yang hanya memiliki kapasitas setingkat LOTS (Low Order Thingking Skills). Sesuai dengan prinsip generative AI, maka dia butuh referensi untuk membuat struktur atau pola. Maka, AI itu mereferensi kepada manusia, bukan sebaliknya. Manusia seperti apa? Yaitu yang mampu memaksimalkan HOTS, bukan hanya sekadar LOTS,” papar Riri Satria.

    Agar kecerdasan buatan tidak memberikan dampak negatif, menurut Riri Satria, pemerintah wajib hadir untuk mengatur AI ini.

    “Ya, pemerintah harus hadir, karena tidak semua masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami teknologi ini,” kata Riri.

    Dia juga mengajak kepada siapa saja yang ingin bersentuhan dengan kecerdasan buatan, termasuk penyair, harus terus belajar mengikuti perkembangan AI dan tidak larut dengan kejayaan masa lalu.

    “Mengutip pernyataan Imam Syafii, jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan. Ini dapat diterjemahkan, jika kamu enggan untuk terus menerus belajar, maka suatu saat kamu akan dikalahkan oleh mesin yang namanya AI, dan itu akan menyakitkan dan membahayakan,” tegasnya.

    Dalam orasinya, Riri Satria merunut sejarah awal mula komputer diajar menjadi ”cerdas”. Dia mengungkapkan, pada tahun 1958, untuk pertama kalinya dibuat program komputer yang mampu bermain catur pada mainframe IBM 704.

    Saat itu, penelitian di bidang kecerdasan buatan baru dimulai dan impian dari penelitian ini salah satunya adalah membuat mesin yang mampu bermain catur seperti halnya manusia, tentu saja dengan meniru kecerdasan manusia.

    “Para pacatur top dunia mentertawakan proyek ini dan mengatakan tidak akan mungkin komputer bisa mengalahkan manusia dalam bermain catur,” ujar Riri.

    Namun, sejarah mencatat, pada akhirnya komputer berhasil mengalahkan juara catur dunia. Pada tahun 1997, untuk pertama kalinya mesin berhasil mengalahkan pecatur top dunia dalam sebuah pertandingan catur.

    Saat itu, supercomputer IBM Deep Blue berhasil mengalahkan juara catur dunia, Gary Kasparov, dalam sebuah pertarungan legendaris di New York yang berlangsung dalam beberapa putaran. Ini adalah sebuah perjalanan panjang dalam penelitian di bidang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) selama 39 tahun, khususnya dalam algoritma permainan catur,” sebutnya.

    Di ranah sastra, bisakah komputer membuat puisi?

    Riri Satria mengungkapkan fakta mengejutkan, bahwa pada tahun 2016 proyek penelitian kecerdasan buatan di Google berhasil membuat puisi. Pada awal tahun 2020 yang lalu, OpenAI mempublikasikan sebuah puisi yang mirip dengan gaya penulisan penyair Emily Dickinson, yang dibuat menggunakan aplikasi kecerdasan buatan GPT-2. GPT sendiri adalah singkatan dari Generative Pre-trained Transformer yang merupakan wujud nyata dari konsep generative AI dan cikal bakal ChatGPT

    “Aplikasi GPT-2 ini sudah mempelajari sebagian besar puisi karya Emily Dickinson, dan akhirnya mampu menemukan gaya penulisan khas Emily,” kata Riri.

    Mengapa hal itu bisa terjadi?

    Lebih lanjut Riri Satria mengatakan, ada dua teknologi yang mendorong terwujudnya computer-generated poetry atau puisi yang diciptakan oleh komputer ini, satu teknologi utama, yaitu kecerdasan buatan serta satu teknologi pendukung, yaitu basis data berskala besar atau big data.

    “Dengan teknologi kecerdasan buatan, komputer bisa melakukan pembelajaran terhadap fakta berupa data yang diberikan yang dikenal dengan istilah machine learning. Dengan demikian, dia terus-menerus memperbaharui pengetahuannya tentang perpuisian di dunia ini,” katanya.

    Big data membuat komputer memiliki kemampuan menyimpan jutaan puisi sebagai referensinya.

    “Dengan teknologi AI, komputer mampu ‘belajar’ seperti halnya manusia. Tingkat yang dasar disebut machine learning, namun yang lebih rumit disebut deep learning. Jika pada manusia, machine learning itu adalah gaya belajar orang kebanyakan, sedangkan deep learning adalah gaya belajar manusia genius.

    Riri Satria juga menjelaskan proses penciptaan puisi. Secara generik, proses penciptaan puisi oleh manusia itu melewati empat tahapan, yaitu (1) observasi, (2) kontemplasi, (3) penyaringan emosi, serta (4) komposisi atau konstruksi. Semuanya dilakukan dengan melibatkan rasa, hati, dan pendalaman batiniah oleh manusia. Itulah yang membuat puisi memiliki daya gugah yang tinggi.

    “Sementara itu komputer melakukan keempat proses itu secara mekanistik atau algoritmik, tentu saja tanpa melibatkan rasa atau proses batiniah apa pun. Sudah pasti puisi yang dibuat komputer sangat terpaku kepada bahasa, kosa kata, serta sintaks. Komputer menyusun sebuah puisi berdasarkan pengetahuan yang dia miliki dalam wujud bahasa, kosa kata, dan sintaks tersebut, atau aspek linguistik semata. Komputer tidak memiliki pengetahuan tentang dunia nyata dan imajinasi atau the knowledge of reality and imagination yang dimiliki manusia ketika membuat puisi,” jelas Riri.

    Riri Satria meyakinkan para penyair untuk tidak perlu khawatir terhadap perkembangan kecerdasan buatan, namun jangan menutup mata terhadap tantangan masa depan puisi.

    “Kita harus membuka ruang-ruang kreativitas yang baru yang merupakan keunggulan manusia yang tak pernah bisa tergantikan oleh mesin. Inilah peluang kita untuk mempertegas mana porsi mesin dan mana porsi manusia. Semua ini menantang kita untuk menjaga marwah perpuisian lebih baik lagi. Dengan demikian, para penyair harus mampu menjawab tantangan tersebut, bukan hanya sebatas membuat puisi, melainkan jauh lebih fundamental. Misalnya isu etika, apakah menggunakan komputer untuk membantu membuat puisi itu melanggar etika atau tidak? Apakah puisi yang dihasilkan mesin itu juga dapat disebut puisi? Inilah tantangan ke depannya,” ungkap Riri.

    Jadi, tambah Riri, perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang mampu membuat puisi memberikan tantangan kepada dunia perpuisian serta kepenyairan, mulai dari tantangan teknis, sampai kepada hal yang fundamental, yaitu tantangan filosofis dan etika.

    “Inilah yang harus dijawab bersama. Kita tidak lagi pada porsi menahan lajunya perkembangan teknologi, melainkan menyikapi perkembangan teknologi dengan arif dan bijaksana, dan tentu saja dengan pemikiran dan catatan kritis, termasuk dalam dunia perpuisian dan kepenyairan,” tambahnya.

    Saat membuka orasinya Riri Satria juga menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada penyair “Papa” Rusli Marzuki Saria. Puisi-puisi karya “Papa” bertajuk “Sembilu Darah” pada kesempatan itu juga dibacakan para penyair yang hadir. Selain penyair, di tengah tamu undangan tampak seniman, budayawan, aktivis, dosen, dan peminat sastra lainnya di Sumatra Barat.

    Sumber : Majalah Elipsis

    Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi - Pakar Teknologi Digital - Pengamat Ekonomi Digital - Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) - Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia - Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com - Penyair & Penulis - Pencinta Kopi

    Konten Populer

    • Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir kritis […]

      May 27, 2024
    • Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. Hari ini kita di […]

      May 20, 2024
    • Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]

      Apr 13, 2024
    • Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]

      Nov 14, 2021
    • Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]

      Jun 06, 2021
    • Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]

      May 03, 2024
    • Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]

      May 15, 2024
    • INFO PEMUATAN KARYA SASTRAMEDIA.COM EDISI MINGGU: 12 Mei 2024 “Erotika Kualasimpang yang Ganjil tak Bertu(h)an” SAJAK Kualasimpang – Raudal Tanjung Banua https://www.sastramedia.com/…/kualasimpang-raudal…   Tahun yang Ganjil – Arif Purnama Putra (Arif P. Putra) https://www.sastramedia.com/…/tahun-yang-ganjil-arif…   CERPEN Daerah Tak Bertu(h)an – Fakhrunnas MA Jabbar https://www.sastramedia.com/…/daerah-tak-bertuhan…   ESAI Erotika Sosial dalam Puisi-Puisi Aslan Abidin – Jusiman Dessirua […]

      May 12, 2024
    • Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]

      May 03, 2024
    • Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]

      Sep 03, 2022

    POJOK PODCAST

    Obrolan saya (narasumber) dengan Maudy Koesnaedi (host), soal penerapan immersive technology atau virtual reality untuk Museum, pada podcast Dinas Kebudayaan Jakarta 👍🥰☕

    video
    play-sharp-fill


    Podcast Selengkapnya klik disini...

    RECENT EVENT

    Dewan Komisaris dan Direksi ILCS melaksanakan Kunjungan Kerja ke Pelabuhan Tanjung Wangi

    Hide picture