Riri Satria Lecturer - Researcher - Poetry & Coffee Lover
Oleh Rissa Churria, S.Ag., M.Pd.
Pendidik dan Penulis Sastra
BANG Riri, begitu saya akrab menyapa seorang Riri Satria. Panggilan yang juga sering disematkan oleh sahabat sastra lainnya kepada beliau walau ada juga yang menganggil beliau Uda Riri karena memang berasal dari Ranah Minang atau Sumatra Barat. Para sahabat di dunia sastra juga mengenal sosoknya yang seperti Bima Sena dalam tokoh pewayangan. Sosok yang selalu tegas dalam memutuskan sesuatu dan menentukan sikap. Sifat yang melekat sebagai seorang pemimpin atau leader. Saya pribadi banyak belajar soal kepemimpinan atau leadership kepada beliau karena di samping menguasai teorinya, Bang Riri juga sudah kenyang makan asam garam dalam memimpin berbagai organisasi, mulai dari bisnis, sosial, pendidikan, sampai komunitas sastra.
Saya masih mengingat ucapan Bang Riri yang juga Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) dan Pimpinan Umum SastraMedia pada acara peringatan ulang tahun JSM tahun 2022, setahun yang lalu, bahwa komunitas sastra harus mampu menjadi rumah belajar, bukan sekadar rumah ngumpul atau seremonial. Ada proses pengembangan kompetensi yang berjalan dalam komunitas, maka barulah komunitas tersebut memiliki makna bagi anggotanya dan pemangku kepentingan atau stakeholders lainnya.
Pada tahun 2020, saya pernah mewawancarai Bang Riri di kediamannya, tepatnya di kawasan Cibubur untuk kepentingan podcast. Dengan tegas beliau mengatakan bahwa komunitas sastra pun harus memiliki tata kelola atau manajemen yang baik. Organisasi apa pun, baik pemerintah, bisnis, sosial, LSM, partai politik, bahkan komunitas sastra, kalau mau maju dan berkembang mencapai visi dan misinya, maka tata kelola harus menjadi perhatian utama.
Banyak yang mengatakan bahwa ketersediaan uang itu penting. Benar sekali! Namun, tata kelola yang baik jauh lebih penting. Sebuah organisasi yang memiliki uang banyak, namun lemah dalam tata kelola, bisa saja salah urus dan salah asuh, termasuk salah urus keuangan. Akhirnya, uang itu tidak jelas ke mana perginya, bahkan bisa jadi hilang tak tentu rimbanya, dan programnya tidak berjalan dengan baik. Akhirnya, uang habis, program berantakan dan acak-acakan tidak berjalan.
Bagi yang mengenal Bang Riri dengan baik, pasti sangat paham dengan kebiasaan beliau yang satu ini. Jika kita bertanya atau meminta sebuah penjelasan kepadanya, pasti kita akan dimintai kertas dan pulpen. Beberapa kali saya bertanya terkait dengan sebuah pembahasan serius, beliau selalu meminta kertas. Bahkan, kadang saya tergopoh-gopoh mencari kertas ala kadarnya agar dapat menimba pengetahuan itu.
Jadi, ada baiknya kalau kita bertanya kepada beliau itu sudah menyiapkan kertas. Penjelasannya sederhana, kadang hanya menarik garis skema dan kolom-kolom. Lalu membaginya dengan beberapa bagian dan diterangkan secara sistematis dan logis. Secara mantik atau ilmu logika, semua dijelaskan dengan murakkab atau sistematis, terstruktur, jelas, mudah dipahami, dan gamblang.
Sepanjang saya berinteraksi dengan Bang Riri, saya menyimpulkan beliau adalah pendengar yang baik atau good listener. Beliau juga mendengarkan permasalahan serta pertanyaan yang kita sampaikan dengan tuntas. Bahkan, sering bertanya ulang sekadar untuk mengonfirmasi pemahamannya atas apa yang kita sampaikan.
Pemaparan Bang Riri selalu runtut. Biasanya dimulai dengan menjelaskan pemahaman atas persoalan yang ditanyakan, lalu dilanjutkan dengan analisis atau opininya yang biasanya disertai berbagai teori atau konsep yang relevan, serta ditutup dengan saran-saran atau rekomendasi praktis. Bang Riri selalu memberi saran yang dapat dijalankan atau dikenal dengan istilah executable, bukan hanya sekadar tatanan teori atau konsep.
Baru-baru ini kembali Bang Riri menyampaikan gagasan soal Tata Kelola Komunitas pada talkshow Rembuk Budaya dan Panggung Komunitas dalam acara Pergelaran Seni Budaya Berbasis Komunitas Jakarta Timur 2023 yang diselenggarakan Masyarakat Penggiat Seni Indonesia (MPSI) di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, 19 Desember 2023.
Sebagai seorang pakar manajemen organisasi, CEO sebuah consulting firm, serta komisaris sebuah BUMN, sudah pasti Bang Riri sangat memahami tata kelola itu dengan baik. Semua pemikirannya mengenai hal ini pernah dituliskan dalam sebuah esai di Jurnal Sastra Daring SastraMedia yang dikelola Komunitas Jagat Sastra Milenia pada Januari 2023 serta dibahas dalam Kelas Menulis Daring (sekarang Sekolah Menulis elipsis—red.) yang dikelola Majalah Digital elipsis serta acara Community Gathering: Sharing and Growing yang diselenggarakan Indonesia Hidden Heritage Creative Hub (IHHCH), di Museum Bahari Indonesia, keduanya bulan Januari 2023.
Dengan kata lain bisa disebutkan bahwa saya sudah menyimak pemikiran Bang Riri mengenai Tata Kelola Komunitas Sastra ini sejak tahun 2020, baik pada acara di mana beliau menjadi narasumber atau melalui berbagai tulisan yang dibuatnya sendiri atau hasil wawancara di media. Kepakaran Bang Riri dalam ilmu manajemen ditambah dengan pengalaman manajerial yang tidak main-main, serta apresiasi terhadap dunia sastra yang tinggi, membuatnya mampu merumuskan dengan jernih prinsip-prinsip tata Kelola Komunitas Sastra ini dengan komprehensif.
Menurut catatan saya, setidaknya ada sepuluh prinsip Tata Kelola Komunitas Sastra dalam gagasan atau pemikiran Bang Riri.
Prinsip 1: Komunitas Sastra harus mampu menjadi rumah belajar, bukan sekadar rumah ngumpul atau seremonial belaka. Ada proses pengembangan kompetensi yang berjalan dalam komunitas, maka barulah komunitas tersebut memiliki makna bagi anggotanya dan pemangku kepentingan atau stakeholders lainnya.
Prinsip 2: Komunitas Sastra harus dikelola secara akuntabel yang berarti pengelolaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta berada dalam koridor aturan atau kesepakatan yang diberlakukan, terutama aspek keuangan.
Prinsip 3: Komunitas Sastra harus dikelola secara kredibel, yaitu mereka yang diberikan mandat untuk menjalankan organisasi Komunitas Sastra harus dapat dipercaya atau amanah, memiliki integritas untuk senantiasa menjalankan organisasi untuk kepentingan bersama sesuai visi dan misi serta prinsip-prinsip yang dianut.
Prinsip 4: Komunitas Sastra harus menjalankan siklus manajemen yang baik dan benar yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (executing), serta pengawasan atau pengendalian (controlling). Pengelolaan tidak boleh dilakukan secara serabutan atau tanpa aturan, karena akan menimbulkan kekacauan dalam organisasi.
Prinsip 5: Komunitas Sastra harus menjadi learning organization atau organisasi pembelajar. Komunitas pada umumnya tumbuh secara voluntary, maka dalam perkembangannya komunitas akan belajar dari kejadian-kejadian yang dialami. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, dan ini sangat terasa dalam tata kelola maupun manajemen sehari-hari organisasi komunitas.
Prinsip 6: Komunitas Sastra harus memisahkan entitas komunitas kesehariannya dengan entitas bisnis, atau harus dipisahkan mana yang berupa aktivitas komunitas serta mana yang aktivitas bisnis.
Prinsip 7: Indikator sukses dari Komunitas Sastra adalah sejauh mana anggotanya dalam membuat karya sastra yang berkualitas, dipublikasikan dalam wujud buku maupun secara elektronik di media daring. Kata kuncinya adalah kualitas.
Prinsip 8: Faktor penggerak dalam Komunitas Sastra itu setidaknya ada tiga pihak, yaitu (1) penulis yang berpengalaman untuk membimbing yang lebih muda atau pemula, (2) ahli atau expert yang memberikan masukan dari sisi akademik atau kritik untuk menjaga kualitas, serta (3) manajemen untuk menjalankan organisasi dengan baik dan benar.
Prinsip 9: Kebersamaan, urun rembuk sangat penting dalam membahas berbagai isu penting, namun pada akhirnya keputusan ada di tangan Ketua Komunitas setelah mendengarkan masukan dari berbagai pihak.
Prinsip 10: Selalu mengikuti perkembangan teknologi terkini, supaya dunia sastra tidak terasing dari teknologi, seperti teknologi digital, kecerdasan buatan, metaverse, dan sebagainya. Apalagi semua teknologi tersebut sudah mempengaruhi dunia sastra secara signifikan.
Demikianlah sepuluh prinsip tata kelola komunitas sastra yang kumpulkan dari pemikiran Bang Riri Satria yang disampaikan dalam berbagai kesempatan dan tulisan, sejak pertama kali saya dengar tahun 2020 ketika mewawancarai beliau di rumahnya di Cibubur, Kabupaten Bogor, untuk kepentingan sebuah podcast.
Siapakah Riri Satria?
Riri Satria lahir di Padang, Sumatra Barat, 14 Mei 1970, merupakan salah seeorang pendiri serta saat ini menjabat sebagai Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), Pimpinan Umum sebuah jurnal sastra daring Sastraedia.com, serta Penasihat Majalah Digital elipsis. Puisinya sudah diterbitkan dalam empat buku puisi tunggal, yaitu Jendela (2016), Winter in Paris (2017), Siluet, Senja, dan Jingga (2019), serta Metaverse (2022), sebuah buku puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul Algoritma Kesunyian (2023), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya.
Riri Satria juga menulis esai yang dibukukan dalam Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis (2003), trilogi Proposisi Teman Ngopi (2021) yang terdiri tiga buku Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital, Pendidikan dan Pengembangan Diri, dan Sastra dan Masa Depan Puisi, serta Jelajah (2022).
Sehari-hari ia adalah adalah CEO pada Value Alignment Advisory (VA2) Group, dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Komisaris di sebuah BUMN yaitu PT. Jakarta International Container Terminal (JICT), Anggota Dewan Penasihat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), serta penasihat berbagai perusahaan dan instansi pemerintahan di Indonesia untuk tata kelola serta transformasi digital. Riri Satria juga menjadi narasumber untuk Program Pendidikan Reguler dan Singkat (PPRA dan PPSA) untuk calon pejabat tinggi negara di Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhanas RI.
Riri Satria adalah Sarjana Ilmu Komputer lulusan Universitas Indonesia serta menempuh program S-3 atau Doktor di bidang Digital Economy pada Paris School of Business, Paris, Prancis.
Pada suatu kesempatan Bang Riri pernah mengatakan, “Saya tak ada keinginan untuk dikenal sebagai seorang sastrawan, namun saya ingin berbuat sesuatu untuk dunia kesusastraan Indonesia melalui manajemen atau tata kelola yang baik dan benar.”
Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Salam berkah bahagia.
Sumber : Majalah Elipsis
Staf Khusus Menteri Koordinator Politik dan Keamanan RI bidang Digital, Siber dan Ekonomi - Pakar Teknologi Digital - Pengamat Ekonomi Digital - Komisaris Utama Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS)/Pelindo Solusi Digital (PSD) - Founder dan CEO Value Alignment Advisory (VA2) - Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia - Pendiri Jagat Sastra Milenia & SastraMedia.com - Penyair & Penulis - Pencinta Kopi
Era digital ini dengan segala kemajuannya seperti kecerdasan buatan, metaverse, bahkan media sosial sederhana pun seperti Facebook ini memiliki potensi dahsyat untuk melakukan rekayasa terhadap persepsi atau perception engineering. Ya, sekarang eranya post truth society dan dunia penuh dengan yang namanya perseption engineering. Saat ini, perception is the reality, walaupun mereka yang sanggup berpikir kritis […]
Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024. Kita memperingatinya saat ini dengan meresmikan Digital Maritime Development Center (DMDC) PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) / Pelindo Solusi Digital (PSD), yang sama-sama kita banggakan. Ini adalah pusat penelitian, pengembangan, dan inovasi solusi digital terintegrasi untuk ekosistem logistik maritim di Indonesia. Hari ini kita di […]
Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan alhamdulillah puji syukur kepada Allah Jalla wa Alaa atas segala karunia di setiap detik dan hela napas pada hamba-hamba-Nya. Saya mengucapkan selamat serta ikut bangga dan bahagia atas amanah baru yang diembankan negara kepada Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), abang, sahabat, penyair, sang inspirator Riri Satria sebagai Komisaris Utama […]
Riri Satria adalah seorang pengamat ekonomi digital dan kreatif, sekaligus pencinta puisi yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 Mei 1970. Sarjana Ilmu Komputer (S. Kom) dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang mengambil Magister Manajemen (MM) dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini tengah menempuh program S3 Doctor of Business Administration (DBA) di Paris School […]
Mungkinkah seseorang mengeluti 3 profesi sekaligus secara serius dan sepenuh hati?. Bisa. Inilah yang dilakukan oleh Riri Satria, Sang Polymath Di suatu siang, Riri memasuki pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan santai. Berkaos oblong, bercelana jeans serta beralas sandal. Di perjalanan memasuki sebuah ruang sastra, ia bertegur sapa dengan sejumlah seniman yang sedang berkumpul. Tanpa […]
Komunitas Jagat Sastra Milenia pada tanggal 10 Oktober 2024 mendatang merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Menyambut hari jadinya itu, Komunitas JSM mengundang penyair-penyair Indonesia mengirim puisi dan karya akan dibukukan. Ketua Komunitas JSM Riri Satria kepada majalahelipsis.com mengatakan, topik antologi puisi itu adalah “Dunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) dalam Puisi.” “Tahun 1980, Lembaga Studi Pembangunan […]
Beri kuliah umum di hadapan 200 mahasiswa Unand, Riri Satria: Generasi Hari Ini Jangan Sampai Jadi Penonton Di Negara Sendiri. Mahasiswa harus jeli dan melek pada perubahan. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam menghadapi perubahan itu, ada yang pro dan ada pula yang kontra. “Semua, tentu, tergantung dari sudut pandang mereka. Yang menolak perubahan menurut mereka […]
INFO PEMUATAN KARYA SASTRAMEDIA.COM EDISI MINGGU: 12 Mei 2024 “Erotika Kualasimpang yang Ganjil tak Bertu(h)an” SAJAK Kualasimpang – Raudal Tanjung Banua https://www.sastramedia.com/…/kualasimpang-raudal… Tahun yang Ganjil – Arif Purnama Putra (Arif P. Putra) https://www.sastramedia.com/…/tahun-yang-ganjil-arif… CERPEN Daerah Tak Bertu(h)an – Fakhrunnas MA Jabbar https://www.sastramedia.com/…/daerah-tak-bertuhan… ESAI Erotika Sosial dalam Puisi-Puisi Aslan Abidin – Jusiman Dessirua […]
Menarik memahami makna pendidikan dalam budaya Minangkabau. Orang Minang memiliki banyak tempat belajar untuk hidupnya. “Sejatinya kita belajar dari berbagai tempat, yaitu sakola (sekolah), surau (masjid), galanggang (gelanggang), dan pasa (pasar). Di atas semua itu, kita harus mampu belajar dari semua yang ada di dalam, karena pepatah Minang mengatakan bahwa alam takambang jadi guru,” kata Pakar Teknologi Digital, Riri Satria, saat dihubungi majalahelipsis.com terkait […]
Banyak hal baru bermunculan saat ini yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan oleh masyarakat banyak, misalnya algoritma bahkan yang artificial intelligence sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Selain itu, juga ada yang namanya cryptocurrency, dan sebagainya. “Tantangan terbesar untuk sukses memasuki era ekonomi digital dan melakukan tranformasi digital hari ini terletak pada diri kita sendiri, yaitu mengubah mindset. Tanpa growth mindset, kita akan sulit […]
Obrolan saya (narasumber) dengan Maudy Koesnaedi (host), soal penerapan immersive technology atau virtual reality untuk Museum, pada podcast Dinas Kebudayaan Jakarta